Sebagai karya sarjana terakhir, ia berencana menciptakan rencana bisnis untuk 'Mr Satay.'
Untuk memuluskan rencananya tersebut ia membuat video dan mengumpulkan dana melalui crowdfunding.
Tak hanya sebagai tempat untuk mengumpulkan dana, crowdfunding ini juga sebagai tes pasar apakah banyak orang yang berminat dengan idenya.
Target modal awal sebesar 12.000 frank Swiss atau sekitar Rp 150 juta, tercapai melalui cara itu.
Uang itu selanjutnya dibelikan alat-alat dan bahan untuk membuat gerobak kayu dengan kesan modern khas pedagang kaki lima di Indonesia.
Gerobak sate milik Rio mentap di Hardstrasse di Zurich Barat.
Namun kini keputusannya tersebut memasuki babak baru dalam hidupnya karena tepat setelah perayaan hari buruh, yaitu 2 Mei 2017, ia akan bergabung bersama truk makanan.
Kini kabar mr. Satay telah tersbear luas, tak hanya di Indonesia justeru cerirta Rio ini telag tersebar di NZZ, koran paling prestisius di Swiss.
Sepertinya, cita-cita Rio ingin dikenal anaknya sebagai orang asli Indonesia akan tercapai, karena ia betul-betul memperkenalkan makanan khas Indonesia dan mengambil keuntungan yang tidak sedikit tentu saja.
Dingin-dingin di Swiss menikmati sate buatan Mr. Satay Indonesia, hmmmm? (*)
Komentar