Selain itu, keluhan datang dari nelayan yang susah menjual ikannya. Disisi berbeda, pabrik pengolahan perikanan mengeluh kekurangan bahan baku.
Dalam artian sederhana, secara pembangunan infrastruktur di sektor perikanan, Susi dinilai gagal sehingga terjadi gap antara satu daerah dengan daerah lainnya. Daerah yang banyak ikan ga bisa jual ikan, daerah yang kurang ikan makin tidak sejahtera.
Ketimpangan itu membuat pendapatan kita dari sektor ikan tidak optimal. Padahal, di sektor inilah salah satu kekayaan Indonesia.
Selain itu, bukan rahasia lagi bahwa Susi tidak bisa bekerjasama dengan LBP sebagai Menko. LBP minta Susi setop penenggelaman kapal dan fokus pada peningkatan kesejahteraan nelayan, tapi Susi masih tetap asyik disana.
Dan inilah yang jadi kelemahan Susi, karena lebih suka memainkan PR bagi dirinya daripada bekerja lebih luas mensejahterakan sektornya.
Dan puncaknya adalah ketika Susi membatalkan reklamasi teluk Benoa. Kebijakan ini dilakukan Susi saat masa transisi, dimana Jokowi sudah mengeluarkan larangan untuk membuat kebijakan apapun. Susi dinilai membangkang dan ini tidak baik bagi koordinasi yang membutuhkan kerjasama tim.
Intinya, Susi sukses di fase pertama dalam menangani pencurian, tapi gagal di fase berikutnya dalam masalah kesejahteraan. Ditambah koordinasi yang kurang karena Susi terlalu independen, merah di rapor Susi terlalu banyak.
Jadi akhirnya saya harus bisa memisahkan kesukaan saya pada pribadi Susi dengan catatan hasil kinerjanya. Susi itu Menteri yang Instagrammable, tapi penilaian hasil kerja berbeda.
Meskipun begitu, saya tetap kehilangan pribadinya yang ceria yang menjadi hiburan ditengah kesibukan. Sudah tidak ada lagi foto Susi ditengah laut sendirian, ataupun ia dengan sebatang rokok ditangan, ataupun ketika ia sedang nongkrong dengan tato di kakinya yang kelihatan.
Saya kehilangan Susi secara pribadi...
Bu Susi, salam cinta dari saya yang mengagumi kepribadian anda. Seruput kopinya..," posting Denny Siregar.
Komentar