"Terakhir saya lihat depan rumah. Biasanya Yuni di kasur sama bapaknya, nonton televisi," ungkapnya.
Di saat orang-orang kampung sibuk mencari anaknya, Darwati teringat pesan orang-orang dahulu kala.
Pesan tersebut berisi jika ada anak yang dibawa kalong wewe, orangtuanya harus telanjang.
Tanpa pikir panjang, Darwati lalu ke kebun yang berada persis di samping rumah, telanjang dan berposisi menungging.
"Aku kemutan mertuaku yang dahulu anake pernah digawa kalong wewe, kudu wuda. Akhire aku maring kebun. Aku wuda, kutang tak copot, cawet tak plorotna. Trus aku njipling atau nungging (aku ingat mertuaku yang dulu anaknya pernah dibawa kalong wewe, harus telanjang. Akhirnya aku datang ke kebun. Aku telanjang, BH dilepaskan, celana dalam dilepas. Lalu aku nunggung)," kata Darwati dalam bahasa Tegal.
Ternyata setelah Darwati melakukan itu semua, ia merasakan kehadiran anaknya.
Namun, ia hanya mendengarkan suaranya saja menyebut 'Ma' tanpa ada wujud sang anak
Tidak lama setelah itu, sekitar pukul 20.30 WIB, Yuni tiba-tiba sudah ada di belakang pintu rumah.
"Di kebon aku maca, Ya Allah. Ada suara, 'Ma'. Sawise, njebule bocahe ana ning mburi lawang (di kebun aku baca, Ya Allah. Ada suara 'Ma'. Lalu, ternyata anaknya ada di belakang pintu)," jelasnya.
Darwati menjelaskan saat Yuni ditemukan, anaknya justru terdiam seperti linglung.
Saat ditanya, Yuni mengaku ada orang besar yang membawanya ke kali (sungai).
Setelah itu, Yuni mengaku dirinya dimandikan namun tidak diantar kembali pulang.
Yuni juga tidak sadar kalau tiba-tiba ia sudah ada di belakang pintu rumah.
"Dibawa orang gede. Dibawa ke kolam terus dimandikan. Suasanya gelap," kata anak usia lima tahun itu.
Boleh percaya atau tidak, peristiwa bocah diculik wewe gombel mungkin sudah berulang kali terjadi.
Source | : | Kompas.com,Tribun Jateng |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar