Buyut Suhenda menambahkan, ada benda pusaka yang disimpan di Padepokan tersebut, berasal dari abad ke-14.
Yakni, semenjak kerajaan Kutai Kertanegara.
"Kami beda dari kemasannya dibanding tahun-tahun sebelumnya, intinya mah dari tahun ke tahun bagaimana kita mengemas acara sedemikian rupa untuk menjadikan boleh dikatakan ikon Desa Sumber Kulon agar wisatawan dapat datang ke sini," ucap Suhenda.
"Yang unik juga, dalam rangkaian acara tersebut ada sedekah bumi, kita kumpul bareng warga, makan bersama dengan makanan saling tukar, ada juga merebutkan air hasil cucian benda pusaka tersebut," katanya.
Sementara, menurut Dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung saat menjadi tamu undangan, Dodi Satya Ekagustdiman mengatakan, dengan kegiatan tersebut dapat memunculkan kembali tradisi warisan leluhur yang sudah lama ditinggalkan.
Sebab, kegiatan Nyiram Pusaka yang telah lama hilang dapat kembali diperlihatkan di zaman modern seperti sekarang ini.
"Aduh suatu kebanggaan yang saya rasakan dalam kegiatan ini, saya kira sudah jarang meski ada juga orang-orang tertentu yang masih melakukan tradisi seperti ini," ujar Dodi.
"Isi suatu pendidikan bagi masyarakat, pendidikan sosial, karena ini juga melibatkan masyarakat. Ini wujud kembali gotong royong, persatuan rakyat Indonesia," ucapnya.
Komentar