GridPop.ID - Kabar kurang menyenangkan datang dari dunia olahraga Indonesia.
Seorang atlet senan lantai yang tengah mengikuti Pelatnas SEA Games di Gresik dipaksa pulang.
Alasannya cukup tak masuk akal di mana SAS dituding sudah tidak perawan lagi.
Dikutip via Tribun Jatim, AK (42) ibunda SAS menyebutkan tudingan kepada putrinya tersebut telah menghancurkan masa depannya.
"Kalau memang dikeluarkan silakan saja, kami tidak bisa menerima karena ada embel-embelnya anak saya tidak perawan. Itu akan menghancurkan masa depannya," ungkap AK di kediamannya, Jumat (29/11/2019).
Tuduhan SAS sudah tidak perawan lagi juga telah menyebar di kalangan atlet pelatnas serta teman-teman sekolahnya.
SAS sendiri sangat terpukul dan sempat 4 hari tak masuk sekolah karena malu.
Kabar ini pun sampai ke telinga pengacara kondang Hotman Paris yang memberikan tanggapannya.
Melalui postingan di akun Instagramnya, Hotman Paris mengunggah tangkapan layar berita online mengenai kejadin yang dialami SAS.
Dalam keterangannya, Hotman Paris heran dan mempertanyakan apakah benar hal ini terjadi.
"Apa ini benar? What?" tulisnya.
Melihat kejadian itu, Hotman Paris lantas menyenggol sosok menteri.
Bukan hanya Menteri Olahraga dan Pemuda, ia langsung menyentil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim agar ikut buka suara.
"Selain Menpora,Ayok Bapak Menteri Pendidikan didikan barat agar ikut buka suara! Aku kenal Mendikbud krn dia masih junior muda saat aku sekantor dgn Bapaknya Dr Nono Anwar Makarim!" jelasnya.
Lebih lanjut, Hotman Paris menyindir para oknum pejabat yang bisa seenaknya membuat masa depan anak bangsa hancur.
"Emang oknum pejabat negri ini bersih suci dari wanita cantik???" tandasnya.
Sementara itu, pihak Komisi Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim, Ketua Harian KONI Jatim, M. Nabil, membantah bahwa SAS dipulangkan karena tidak perawan.
Berdasarkan laporan yang diterima dari pelatih Timnas, setelah melakukan penyelidikan, atlet inisial SAS dipulangkan karena tidak perawan sama sekali tidak benar.
Menurut M. Nabil, pencoretan dilakukan pada atlet inisial SAS karena atlet berusia 17 tahun itu melakukan tindakan indisipliner.
"Jadi intinya tidak karena status keperawanan. Ini soal kedisiplinan, terutama soal prestasi, karena setiap cabang olahraga ada standarnya masing-masing," terang M. Nabil, Jumat (29/11/2019).
M. Nabil menegaskan pihaknya sudah membuktikan dengan melakukan tes secara medis.
"Sudah kita buktikan, dan hasilnya dia itu masih perawan," tambahnya.
M. Nabil menyebut, pihaknya belum mengetahui persis mengapa tuduhan itu disampaikan dan dibesar-besarkan di media.
Apalagi substansi dari yang dipersoalkan, sama sekali tak ada hubungannya dengan prestasi atlet.
Hal serupa juga diungkapkan oleh PB Persani dan Kemenpora yang menyebutkan jika SAS mengalami penurunan prestasi sehingga posisinya digantikan oleh Yogi Layla Rahmafani.
Tim penasehat hukum keluarga SAS menolak dengan tegas penjelasan itu.
"Apa yang kami terima berbanding terbalik. Tidak mungkin keluarga Shalfa menyampaikan masalah ini kepada teman media kalau tidak karena masalah virginitas," ungkap Imam Muklas,SH, penasehat hukum keluarga Shalfa kepada awak media, Sabtu (29/11/2019).
Imam Muklas menyebutkan, pihaknya siap untuk mengungkap semua bukti yang sebenarnya.
"Ada intimidasi dari pihak tim pelatih supaya adik kita mengaku bahwa dia tidak perawan," jelasnya.
Karena alasan tersebut yang membuat pihak keluarga bergerak untuk melakukan tes keperawanan di RS Bhayangkara Kediri.
Imam Muklas menambahkan, setelah hasil tes keperawanan disampaikan kepada tim pelatih ternyata meragukan hasilnya.
"Ini sangat konyol," tandasnya.
Hasil tes keperawanan yang dilakukan tim medis RS Bhayangkara Kediri pada 20 November mendapatkan hasil jika SAS masih perawan. Selain itu proses pemulangan SAS juga sangat tidak manusiawi.
"Ada 49 medali dan penghargaan yang pernah diraih adik Shalfa. Apa tidak ada cara yang lebih manusiawi," ungkapnya.
Selama ini SAS tinggal sendiri di Gresik dan pihak keluarga dipanggil untuk langsung menjemput dan membawa pulang.
"Saat keluarga datang tidak ada tim pelatih yang memberikan penjelasan yang sangat bijaksana. Ini yang sangat kami sayangkan. Kami minta pelakunya diusut sampai tuntas," tegasnya.
Diberitakan Kompas.com, SAS juga menuntut para pihak yang menudingnya tidak perawan meminta maaf.
Tudingan itu sebelumnya menjadi salah satu alasan pemulangannya selain soal indisipliner selama di pusat pelatihan senam.
"Saya minta pihak yang sudah ngomong tidak sebenarnya itu untuk minta maaf ke orangtua saya karena orangtua saya sangat terpukul," ujar SAS kepada para wartawan di rumahnya, Sabtu (30/11/2019).
Selain tuntutan itu, gadis yang meniti karir senam sejak kelas 4 SD itu juga meminta adanya rehabilitasi. Dia meminta namanya diperbaiki.
Tudingan soal virginitas yang dialamatkan padanya itu telah membuat hidupnya terbebani. SAS mengaku kini dia harus menanggung rasa yang membuatnya putus asa.
Padahal, soal keperawanan itu, menurut SAS, pihak pelatih tidak pernah melakukan pemeriksaan secara medis. Sehingga dia sangat menyayangkan munculnya tudingan itu.
"Padahal (di mess) tidak ada tes (keperawanan) sama sekali, " ungkap SAS.
Atas rasa malu itu, bahkan membuatnya ingin pindah dari sekolah dan juga membuatnya menghentikan karirnya di dunia senam. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jatim |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar