GridPop.id - Menganggap orang lain hina adalah perbuatan yang tercela.
Cerita di bawah ini pantas dijadikan contoh
Sasi adalah sosok yang mulai bekerja sejak usianya baru menginjak 15 tahun.
Ia biasanya melakukan aktivitas memanjat pohon kelapa.
Kata Sasi, "Selain dari kerja tersebut, saya ambil kerja apapun yang bisa saya lakukan."
"Itu adalah cara saya dapatkan duit untuk membeli tanah dan membangun rumah kecil," terang Sasi sambil menunjukkan rumahnya.
Sejatinya, rumah sasi layaknya rumah orang-orang lainnya.
Akan tetapi, bukit yang ada di dekat rumah membuat dirinya harus menempuh jalan berliku dan panjang untuk pergi bekerja.
Mulanya kondisi seperti ini tak jadi masalah.
Namun semua mulai berubah ketika Sasi jatuh dari pohon pada 18 tahun yang lalu.
Sasi mengaku bahwa ia sungguh pandai dalam dunia perpanjatan pohon.
Akan tetapi, di saat itu, entah mengapa tiba-tiba dirinya ternyata tergelincir.
Sebagian tubuhnya akhirnya lumpuh akibat insiden ini.
Kaki dan tangannya patah.
Selama berbulan-bulan, ia tergeletak tak mampu bergerak.
Akibat kejadian naas tersebut, kedua anaknya tak bisa melanjutkan sekolah dan akhirnya harus mengambil keputusan untuk bekerja.
Bertahun-tahun Sasi baru bisa kembali berdiri.
"Saya masih ingin berjalan, jadi, saya belajar perlahan-lahan," terang Sasi.
Pada beberapa tahun yang lalu, Sasi punya ide untuk membeli kendaraan roda tiga.
Tujuannya, agar dia bisa bekerja lagi untuk menghidupi keluarga.
"Saya berharap untuk membeli sebuah kendaraan sehingga bisa kembali bekerja," ucap Sasi.
Bahkan, ia sudah berniat meminjam sejumlah uang dari kepala desa.
Akan tetapi, saat dia datang ke kantor kepala desa untuk meminta bantuan, ternyata idenya disambut dengan tawa.
Ada perangkat desa setempat yang menggelar tawa.
Dirinya bertanya, bagaimana seorang Sasi bisa menerbangkan kendaraannya untuk melewati hambatan berupa bukit yang ada di depan rumahnya?
Hampir 10 tahun Sasi meminta kepada pihak terkait untuk membangun sebuah jalan menuju lokasi rumah.
Akan tetapi, tak ada pihak berwenang yang merespon permintaannya.
Diputuskan dengan tekat, akhirnya pada tahun 2013 Sasi mengangkat linggis dan berusaha untuk membuat jalannya sendiri, menghubungkan dunia luar dengan rumahnya.
Sasi awalnya hanya bertekad memiliki sebuah jalan.
Tiap harinya, "Saya akan mulai bekerja sejak jam 5 pagi dan akan berhenti pada jam 8.30 pagi."
Lalu pekerjaan ambisius tersebut dilanjutkan lagi mulai jam 3.30 atau jam 4 sore sampai matahari terbenam.
Karena badannya yang sudah cacat, beberapa kali ia menemui hambatan.
Dirinya juga pernah beberapa kali mengalami cedera.
Ada tetangga atau orang desa melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sasi.
Di antaranya, ada juga yang tak percaya Sasi bisa menuntaskan proyeknya tersebut.
"Ada di antara mereka yang mengejek, tetapi setelah beberapa saat, mereka pun mengerti," ungkap Sasi.
Beberapa warga kemudian turut memberi dukungan.
Jika kamu pernah menonton film berjudul Dashrath Manjh, maka kisah Sasi sungguh hampir mirip.
Film yang dimaksud bercerita tentang sesosok pria yang menggali bukit selama 22 tahun untuk membuat jalan ke kampungnya.
Sasi memang tak pernah tahu bahwa apa yang dilakukannya juga pernah ada dalam sebuah film.
Tapi, apa yang diperbuatnya dari berbagai sisi, hampir mirip dengan yang ada di film tersebut.
Tak disangka oleh Sasi, jalan yang dibangunnya dengan keringat sendiri akhirnya tuntas diselesaikan.
Dirinya sukses membuat jalan baru sepanjang 200 meter.
Butuh waktu paling tidak selama 3 tahun untuk menyelesaikan karya ambisius yang berada di sekitar wilayah Thiruvananthapuram ini.
Berkat jerih payahnya, keluarga serta lima orang kampung lainnya bisa merasakan nikmatnya berhubungan dengan dunia luar.
Dari Sasi, kamu bisa belajar banyak hal.
Yang paling utama, itu adalah tentang tekat pantang menyerah dan yakin pada diri sendiri.(*)
Komentar