GridPop.ID - Iis Dahlia menerima bullying setelah suaminya dikaitkan dengan penyeludupan motor Harley di maskapai Garuda Indonesia.
Iis Dahlia menyayangkan orang yang mengaitkan kasus penyeludupan tersebut dengan harta kekayaan yang ia miliki.
Merasa kesal, Iis Dahlia pun menyampaikan keluh kesahnya.
Diberitakan Kompas.com, kasus ini bermula saat pesawat bertipe baru dan belum pernah dioperasikan oleh PT Garuda Indonesia ini mendarat di hanggar milik PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Bandara Soekarno-Hatta.
Penemuan barang mewah oleh petugas Bea dan Cukai di lambung pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA9721 bertipe Airbus A330-900 Neo terjadi pada Minggu (17/11/2019) lalu.
Petugas menemukan onderdil motor mewah Harley Davidson dan sepeda Bromptom ilegal di pesawat yang baru datang dari pabrik Airbus di Perancis ini.
Serta, 3 koli berisi dua sepeda baru merk Brompton dan aksesoris sepeda lainnya. Kedatangan pesawat sebelumnya telah dilaporkan kepada pihak Bea dan Cukai.
Kala itu, pesawat mengangkut 10 orang kru sesuai dokumen general declaration crew list dan 22 orang penumpang sesuai dokumen passenger manifest.
Belum selesai soal kasus tersebut, Iis Dahlia angkat bicara tatkala suaminya yang berprofesi sebagai pilot, Satrio Dewandono, dituding terlibat kasus dirut Garuda Indonesia pada Insta Story Minggu (8/12/2019).
Diberitakan GridPop.ID sebelumnya, dalam unggahannya Iis Dahlia menyebut banyak pihak yang bertanya kepadanya terkait sang suami dan ia tak menampiknya.
Kala itu, suaminya yang bertugas sebagai pilot yang menerbangkan pesawat Garuda Indonesia dari Toulouse, Perancis, ke Jakarta, 1 Desember 2019.
Dalam pesawat yang diterbangkan suami Iis Dahlia tersebut, ditemukan motor Harley rakita dna juga sepeda Brompton selundupan.
"Banyak media yg bertanya kepd sy perihal apakah betul suami sy yg membawa pswt yg dari toulouse ke jkt. Jwbannya iya.. dia slh satu crew yg aktif," jelasnya.
Namun, Iis Dahlia enggan menjelaskan pertanyaan lain yang menyangkut pekerjaan suaminya dan memilih bungkam karena Iis merasa segala seluk beluk pekerjaan suaminya bukan kapasitasnya.
"namun jika ada yg ingin ditanyakan lbh dari itu silahkan menghubungi pihak yg berwenang dlm hal ini Garuda Indonesia karena bukan kapasitas saya sebagai istri dari suami saya utk menjawab," jelasnya.
Lebih lanjut, Iis Dahlia berharap agar masalah yang tengah hangat ini segera selesai karena ia juga merasa terganggu dengan banyaknya pertanyaan karena adanya masalah tersebut.
"Semoga masalah ini cpt selesai jd kami gk terganggu dg byknya pertanyaan sekitar masalah itu. Mohon ini dapat dimengerti. Note: Jgn ada yg nanya2 lagi ya Capcay eike tuhhhh," tutupnya.
Setelah publik mencium dugaan adanya keterlibatan suami Iis Dahlia dengan penyelundupan, sang artis pun 'diserang' warganet.
Diberitakan Kompas.com, Iis Dahlia kesal saat harta kekayaannya dikait-kaitkan dengan kasus penyeludupan motor Harley di maskapai.
Amarah Iis Dahlia membuncah karena rumor yang mengaitkan hartanya dengan kasus penyeludupan tersebut.
Iis menyebut rumah mewahnya yang seharga Rp 17 miliar hingga barang-barang mewah lainnya.
"Apalagi terus dikait-kaitkan dengan apa yang gue punya, rumah mewah, mobil. Hey kerja!" kata Iis saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (17/12/2019).
Menurut Iis, ada dua pekerjaan yang tidak bisa dikorupsi yakni artis dan pilot.
"Pekerjaan yang enggak bisa korupsi itu artis sama pilot," tegasnya.
Pelantun 'Payung Hitam' ini kesal karena tak sedikit bully yang dialamatkan kepadanya dan keluarga setelah kasus penyelundupan dalam pesawat Garuda terkuak.
Oleh karenanya, secara tegas, Iis pun membeberkan bahwa pekerjaan suaminya sebagai pilot tidak ada kaitannya dengan penyelundupan.
"Peraturannya seperti apa, siapa yang bekerja, orang itu beda-beda kali. Ticketing beda, pilot beda, bagasi beda, bea cukai beda. Jadi, jangan siapa yang salah, siapa yang kena bully, kan gila. Kenapa gue yang kena, kenapa laki gue yang kena," ucapnya. (*)
Source | : | Kompas.com,GridPop.ID |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar