GridPop.ID - Baru-baru ini, Paula Verhoeven kerap kali menunjukkan tanda-tanda segera melahirkan sehingga membuat sang suami, Baim Wong panik.
Tak mau kelewatan momen kelahiran anak pertamanya, Baim Wong nekat memboyong seluruh karyawannya ke hotel mewah didekat rumah sakit dimana Paula akan melahirkan.
Namun, Baim Wong justru dibuat terkejut saat karyawannya melayangkan protes kepadanya.
Anak pertama Paula Verhoeven dan Baim Wong diperkirakan lahir pada akhir Desember 2019 atau awal Januari 2020.
Namun kemarin, Rabu (25/12/2019), Paula Verhoeven terpaksa sudah harus dibawa ke rumah sakit.
Usai makan bersama Baim Wong, Paula Verhoeven tiba-tiba merasa perutnya kram.
Peristiwa itu tampak dalam salah satu vlog di kanal youtube Baim Paula berjudul "DETIK-DETIK KELAHIRAN TIGER WONG ! PAULA PEMBUKAAN 2 .. LANGSUNG DIBAWA KE RUMAH SAKIT".
Meski mengalami kram perut, Paula Verhoeven tampak tenang.
"Baru makan tadi, Paula sakit, yang perut kayak awal. Habis ini kita ke rumah sakit. Enggak apa-apa sayang ?" tanya Baim Wong.
"Iya. Kemarin kan katanya kalau pembukaan ada airnya, aku belum ada airnya cuma perutnya kencang di sekitar sini nih," akui Paula Verhoeven.
"Enggak ngerti apa-apa, kayaknya siaga deh. Tapi kita enggak boleh panik," ucap Baim Wong.
"HPL nya antara akhir Desember atau awal Januari. Tapi yang kayak gitu kan bisa maju, mundur," pungkas Paula Verhoeven.
Siaga jelang Paula Verhoeven melahirkan, Baim Wong pun bergegas menuju ke rumah sakit.
Usai mengantar sang istri ke dalam ruangan di rumah sakit, Baim Wong pun beranjak ke hotel.
Baim Wong berencana untuk mengungsikan semua editor vlog Bapau ke hotel mewah di depan rumah sakit tempat Paula Verhoeven melahirkan.
Baca Juga: Mengaku Menyesal, Medina Zein Cabut Laporan Polisikan Suami Zaskia Sungkar karena Satu Hal Ini
Fasilitas mewah itu diberikan Baim Wong agar konten yang dihasilkan timnya bisa lebih bagus.
"Tuh Grand Hyatt besar. Jadi kita harus men-service dong, harus dengan service yang oke juga untuk editor. Hotelnya keren bro, dekat sama rumah sakit," ungkap Baim Wong.
Diminta Baim Wong datang ke hotel, semua editor Bapau pun langsung berangkat.
Setibanya di hotel, editor Bapau tampak heran dengan keputusan Baim Wong.
Di depan timnya, Baim Wong menjelaskan bahwa selama Paula Verhoeven melahirkan, editornya diminta untuk menginap di hotel.
Hal itu dilakukan agar proses editing vlog Bapau bisa lebih mudah.
"Kenapa pindah bos ?" tanya Putro, salah seorang editor Bapau.
"Supaya gampang ngeditnya. Dipindahin ke hotel supaya kita enggak buru-buru pindah materi," pungkas Baim Wong.
Alih-alih langsung menerima keputusan bosnya, editor Bapau justru melayangkan penolakan kepada Baim Wong.
Editor Bapau merasa tak enak jika Baim Wong menyewa hotel mewah untuk mereka.
Diwakili Putro, editor Bapau pun meminta agar Baim Wong mencari hotel sederhana yang tak terlalu mewah.
Mendengar permintaan editornya, Baim Wong pun semringah.
Baim Wong lantas bangga saat mengetahui bahwa editornya tidak matre.
"Tadi kan gue dengar ya, melihat harga, di sini takut enggak efektif atau gimana. Kita kan cuma istirahat aja. Kalau di sini kebagusan," ucap Putro.
"Ada sih di sebelah situ ada. Tapi ini (hotel) enak," kata Baim Wong.
"Kalau kita mah enak-enak aja. Yang penting cepat sama efisien," pungkas Putro.
"Oke loh, semuanya tidak matre. Dia ngomongnya enggak usah di sini. Ini hotel bagus, enggak bilang harganya mahal, cuma masih ada yang lebih dekat," ujar Baim Wong.
"Ada yang di sebelah (rumah sakit) persis," kata Baim Wong lagi.
"Di sebelahnya ? oh malah bagus dong lebih efisien kita," ungkap Putro.
Selesai bernegosiasi, Baim Wong dan editor Bapau pun bergegas menuju hotel yang tak terlalu mewah.
Berlokasi tepat di samping rumah sakit tempat Paula Verhoeven melahirkan, Baim Wong dan editor Bapau pun tiba di hotel tersebut.
Melihat keadaan hotel tersebut, editor Bapau pun menerima penawaran dari Baim Wong.
"Kita yang penting dekat aja, ini contoh yang baik, enggak matre," ucap Baim Wong.
"Pencitraan, pencitraan," kata Putro seraya bercanda.
(*)
Source | : | Tribun Bogor |
Penulis | : | Sintia Nur Hanifah |
Editor | : | Popi |
Komentar