GridPop.ID - Wabah novel coronavirus (2019-nCoV) kini tengah merajalela di kawasan Wuhan China dan beberapa daerah di sekitarnya.
Dibalik wabah yang mengerikan tersebut, tersimpan beragam kisah menegangkan termasuk kisah dari seorang pasien yang diduga terjangkit virus corona ini.
Pasalnya, pasien yang tampak marah tersebut tiba-tiba meludahi petugas medis yang memberinya sebuah masker.
Virus corona memberi dampak kecemasan bagi seluruh warga dunia.
Terlebih virus corona masih belum ada vaksinnya.
Kota Wuhan, China, dimana disebut menjadi tempat awal virus corona muncul pun kini dalam kondisi mencekam.
Dalam video-video yang beredar di media sosial bahkan terlihat warga Kota Wuhan banyak berjatuhan dan tergeletak di jalanan kota.
Selain China, sejumlah negara terutama Asia pun mulai dikabarkan ada warganya yang terjangkit virus corona.
Semakin hari semakin banyak yang dinyatakan positif mengidap virus yang telah merenggut nyawa sekitar 26 orang saat ini.
Staf medis di Kota Wuhan pun kewalahan dengan banyaknya jumlah pasien yang memiliki gejala virus corona.
Para staf medis ini bekerja tanpa lelah untuk merawat pasien yang tak terbendung jumlahnya.
Sayangnya, tidak semua orang tahu bagaimana menghargai perjuangan para staf medis tersebut sebagaimana yang terjadi di Shijiazhuang, Hebei.
Diwartakan Yahoo TW, seorang netizen Cina membagikan tangkapan layar dari percakapannya dengan seorang teman yang bekerja di rumah sakit.
Warga Wuhan berjatuhan, diduga karena mengidap Virus Corona.
Staf rumah sakit tersebut tak mendapat izin untuk mengambil liburan selama musim Tahun Baru Imlek ini karena banyaknya pasien yang harus ditangani.
Staf medis tersebut pun menceritakan salah satu pengalaman temannya dengan pasien.
Pasien tersebut menderita demam saat dirawat di rumah sakit, sehingga staf medis dengan ramah memberinya masker agar tidak menular ke pasien lain.
Dia berkata, "Ada banyak orang sakit di rumah sakit. Karena Anda sakit dan sistem kekebalan tubuh Anda lemah sekarang, jadi pakailah masker ini".
Tiba-tiba pasien pria itu histeris saat staf medis perempuan itu memberinya masker.
Pasien tersebut berteriak, "Aku sudah sakit, apa gunanya memakai masker sekarang?"
Seolah tak cukup dengan membentak, pasien tersebut pun bangun, melepas masker dari wajah staf medis dan meludahinya.
Dia kemudian kembali berkata, "Jika aku sudah tidak bisa hidup lagi, maka kalian semua akan mati bersamaku juga!"
Pasien tersebut diduga marah karena kurangnya sumber daya medis.
Staf medis tersebut kemudian menangis untuk pertamakalinya selama ia bekerja di rumah sakit.
Baca Juga: Geger Sikap Tegang Teddy Bertemu Mbak You hingga Cara Salaman yang Jadi Sorotan, Ada Apa?
Ia pun harus menjalani karantina di rumah sakit setelah kejadian tersebut.
Dia mencoba optimis bahwa pria yang meludahinya hanya menderita demam biasa dan bukan gejala virus corona.
Selain itu, ada juga pos viral yang beredar di Weibo, mengatakan bahwa seorang dokter di Wuhan memiliki pengalaman serupa.
Dokter mengatakan bahwa keluarga pasien marah dan merobek pakaian pelindung dokter.
Mereka bahkan berkata, "Mengapa kamu memakai alat pelindung? Jika aku akan mati maka kita semua akan mati bersama!"
Apa itu virus corona?
Virus ini telah diidentifikasi sebagai jenis coronavirus baru.
Virus corona adalah keluarga besar patogen, yang sebagian besar menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu biasa.
Tetapi coronavirus juga bisa mematikan. SARS, atau sindrom pernafasan akut yang parah, disebabkan oleh coronavirus dan menewaskan ratusan orang di China dan Hong Kong pada awal 2000-an.
Apa gejalanya?
Gejalanya biasanya berupa demam, batuk, dan sulit bernapas, tetapi beberapa pasien menderita pneumonia, infeksi yang berpotensi mengancam jiwa yang menyebabkan peradangan kantung udara kecil di paru-paru.
Orang yang membawa coronavirus mungkin hanya memiliki gejala ringan, seperti sakit tenggorokan.
Mereka mungkin berasumsi bahwa mereka memiliki flu biasa dan tidak mencari pertolongan medis, para ahli khawatir.(*)
Source | : | Suar.ID |
Penulis | : | Sintia Nur Hanifah |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar