Namun siapa sangka, pemuda yang awalnya dibayangkan pemuda yang berasal dari keluarga kaya, ternyata seorang pemuda dari keluarga biasa.
Pemuda itu membayar Didik dari hasil menggadaikan sertifikat tanah orang tuanya. Keseharian pemuda itu membuat hatinya terketuk, karena setiap hari pemuda itu menyisihkan makanan untuk leluhur, sesuai dengan kepercayaannya.
“Setelah mengetahui hal itu (pemuda sederhana) saya sempat ingin mendiskon harga, tetapi dia menolak. Saya lalu meminta dia untuk mencarikan saja rumah saudaranya untuk saya tinggal,” ucap Didik.
Dari situlah dirinya belajar mengenai hidup, dan bersyukur.
Anehnya, selama di Bali, kaki dan tangannya yang tak lagi bisa bergerak normal karena serangan stroke akhirnya bisa sembuh dan normal.
Namun rentetan cobaan hidupnya belum selesai. November 2018 sang istri kecelakaan, sampai kakinya patah.
Setelah dilakukan pengobatan medis dan sinse di Yogyakarta ternyata hasilnya belum memuaskan.
Sang istri harus berjalan menggunakan alat bantu.
Sampai akhirnya diperoleh informasi jika di Muntilan, Jawa Tengah ada salah satu penyembuh ahli tulang dengan pijat tradisional.
“Selesai dipijat, bapaknya (pemijat) mengatakan jika istri saya sulit hamil karena ada beberapa syaraf. Saat itu ditawari, untuk pijat. Saya sebenarnya sudah tak begitu berharap banyak karena pengobatan dari medis hingga tradisional sudah dilakukan,” ucap Didik.
Saat itu keluarga kecil ini sudah memiliki anjing jenis pitbul yang dianggap sebagai keluarganya.
“Sebenarnya di usia perkawinan sudah pasrah, tetapi saat bulan Februari 2019 saat mudik tak dapat (haid) lalu beli tes kehamilan, dan ternyata positif,” kata Didik.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Popi |
Komentar