GridPop.ID- Wajah Arumi Bachsin sekarang sudah jarang menghiasi layar kaca.
Hal ini dikarenakan dirinya yang tengah sibuk mengikuti suaminya.
Semenjak menikah dengan Emil Dardak, Arumi memili untuk fokus mengikuti suami dan mengurus rumah tangga.
Hal ini dikarenakan suaminya yang berprofesi sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024.
Sebelum dilantik menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak suami artis Arumi Bachsin meniti karir politik sebagai Bupati Trenggalek.
Beralih dari seorang direktur menjadi pengabdi negara ternyata membuat gaji yang diterima suami Arumi Bachsin turun drastis.
Tak lagi memiliki pendapatan fantastis, Arumi Bachsin pun harus pintar-pintar mengatur keuangan sampai rela memotong biaya makeup-nya.
Arumi Bachsin mengungkapkan besaran gaji sang suami yang diberikan kepadanya tiap bulan.
Hal itu seperti yang dikatakan Arumi Bachsin saat diwawancara oleh Aiman Wicaksana dalam video YouTube Kompas TV yang ditayangkan, pada Senin (12/11/2018) lalu.
Dalam acara tersebut, Aiman berkesempatan mewawancarai Emil Dardak yang kala itu juga didampingi oleh Arumi Bachsin.
Dalam video tersebut, Aiman dan Emil berada di kawasan hutan mangrove Trenggalek.
Tampak saat itu, Arumi blak-blakan menyebut bahwa dirinya kerap ditinggal dinas oleh Emil.
"Iya nih ditinggal mulu," ujar Arumi sambil mengandeng tangan Emil.
Ketika ditanya apapakah menyesal, Aumi lantas menjawab dengan terus terang.
"Nyesel nggak nyesel sih, tetep lho, jujur ya dulu sibuk, kok sekarang tambah sibuk, kantornya di rumah kok masih aja tambah sibuk, tapi nggak nyeselnya, pengalamannya baru banget dan kita bisa melihat pegalaman yang jauh banget dari Jakarta," ujar Arumi sambil tersenyum.
Arumi lantas menceritakan bahwa kehidupannya di Trenggalek justru membuat tumbuh kembang buah hatinya menjadi lebih baik.
"Justru karena aku punya anak, merasa bersyukur, karena pendidikan yang baik justru di desa-desa begini, misalnya di sini tetangga saling sapa, kalau tetangga masak pasti dibagi ya, jadi menurutku itu pendidikan yang Indonesia banget," ujar Arumi.
"Nyesel nggak nyesel sih, tetep lho, jujur ya dulu sibuk, kok sekarang tambah sibuk, kantornya di rumah kok masih aja tambah sibuk, tapi nggak nyeselnya, pengalamannya baru banget dan kita bisa melihat pegalaman yang jauh banget dari Jakarta," ujar Arumi sambil tersenyum.
Arumi lantas menceritakan bahwa kehidupannya di Trenggalek justru membuat tumbuh kembang buah hatinya menjadi lebih baik.
"Justru karena aku punya anak, merasa bersyukur, karena pendidikan yang baik justru di desa-desa begini, misalnya di sini tetangga saling sapa, kalau tetangga masak pasti dibagi ya, jadi menurutku itu pendidikan yang Indonesia banget," ujar Arumi.
"Hehe, iya," jawab Emil malu-malu.
"Rp 6 juta ya?!" ujar Aiman.
"Iya...," sahut Emil.
"Saya mau tahu, gaji menjadi direktur BUMN pada waktu itu berapa?" ujar Aiman lagi.
"Sebagai VVIP waktu itu ya...," ujar Emil.
"Nolnya ngegelinding lah...," sahut Arumi Bachsin sambil tertawa.
"Lebih dari sepuluh kalinya ya, hehe," sambung Emil tertawa.
"Lebih dari Rp 60 juta?" tanya Aiman.
"Lebih, lebih lagi," kata Emil.
"Ada Rp 100 juta?," ujar Aiman.
"Ya, sekitar segitulah...," sambung Emil Dardak.
"Rp 100 juta per bulan?" sahut Aiman.
"Iya...," kata Emil.
"Dan sekarang harus turun ke Rp 6 juta per bulan," timpal Aiman.
"Jangan dibahas terlalu panjang mas...," ujar Emil diikuti gelak tawa.
"Dari Rp 100 juta ke Rp 6 juta?" tanya Aiman.
"Saya itu tahunya ketika mas Emil, sudah menjabat, baru tahu.
'Sayang, ini gajinya', 'Oh...oh.. gini ya?... oh...iya'," ujar Arumi menceritakan kembali reaksinya.
"Semuanya cukup?" tanya Aiman.
"InsyaAllah, cukup, karena kita tinggalnya di Trenggalek juga, kalau misal tinggal di Jakarta, pasti nggak akan cukup.
Makeup yang biasa saya pakai, di Trenggalek nggak ada, jadi akhirnya makeup pun menyesuaikan.
Sesuai dengan harganya dan apa yang tersedia," jelas Arumi.
"Oh, jadi makeup nya pun makeup Trenggalek nih?" tanya Aiman.
"Ya iya dong," kata Arumi.
"Yakin, bedaknya, foundationnya beli di Trenggalek?" ujar Aiman.
"Beneran, semuanya," jelas Arumi.
(*)
Source | : | Grid.ID |
Penulis | : | Septiana Hapsari |
Editor | : | Veronica S |
Komentar