Yang ia ingat, rambut hitamnya selalu dikepang dua oleh ibunya.
Pelajaran berhitung adalah yang paling ia sukai. Ia selalu merindukan kehadiran gurunya.
Ia berusaha menjadi yang pertama mengacungkan jarinya untuk mengerjakan soal-soal hitungan di depan kelas.
Kelak, kemampuan berhitung ini menjadi kelebihan Sujiatmi dalam membantu suaminya membangun usaha.
Sang suami, Widjiatno, adalah kawan sepermainan Mulyono, kakak Sujiatmi, yang tiga tahun lebih tua darinya.
Baca Juga: Corona 'Sentuh' Pewaris Tahta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles Dinyatakan Positif Covid-19
Ketika bertemu dengannya, Widjiatno di bangku SMA, sementara ia di SMP.
Widjiatno, yang ketika dewasa mengubah nama menjadi Notomiharjo, adalah pemuda yang berparas halus dan bertubuh gagah.
“Pak Noto itu ganteng sekali,” kata Sujiatmi.
Notomiharjo muda tinggal bersama kakek-neneknya di Dusun Klelesan, masih tetangga Gumukrejo.
Orangtua Notomiharjo tinggal di Desa Kranggan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sekitar 25 km dari Boyolali.
Keluarga besarnya Lurah Desa Kranggan. Bapaknya, pakdenya, juga kakeknya pernah memimpin Desa Kranggan.
Sujiatmi dan Widjiatno menikah di usia muda, pada 23 Agustus 1959.
Kala itu Sujiatmi berusia 16 tahun, sedangkan Widjiatno berumur 19 tahun.
Di masa itu, wanita berusia 16 tahun sudah banyak yang menikah.
(*)
Source | : | TribunJateng |
Penulis | : | Luvy Yulia Octaviani |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar