Ia dipercaya menjadi tukang kebun di sekolah.
Selain itu, Masngud juga tak canggung menjadi pemulung.
Ia memungut barang rongsok di tempat sampah yang bisa ditukar dengan rupiah.
Bagaimanapun, ia harus bisa mencukupi kebutuhan dasarnya sebagai bekal untuk ibadah.
Masngud memang kini tidak punya apa-apa.
Kehidupan ekonominya telah berbalik.
Tapi ia percaya, di balik kesusahannya, Allah memberikan yang terbaik baginya.
"Dulu harta mewah, semua ada, istri cantik. Sekarang secara manusia, saya miskin, tapi hati saya kaya, hidup saya nyaman sekarang," katanya
Masngud pun merasa anugerah Allah kembali datang padanya.
Di usianya yang sudah kepala lima, ia dipertemukan dengan gadis salehah yang bisa menerima kekurangannya.
Sariasih (30), gadis yang memiliki usaha warung kini telah menemani hari-harinya yang sepi.
Keduanya telah terikat janji suci.
Tak sekadar mendampingi, sang istri pun setia mengajarinya membaca Al Quran.
Masngud masih memiliki cita-cita yang belum terpenuhi.
Bukan urusan duniawi pasti.
Sebagaimana keinginan setiap umat Islam, ia pun ingin sekali pergi haji ke Baitullah untuk menyempurnakan rukun Islam.
"Insya Allah saya ingin ke Baitullah," katanya.
(*)
Source | : | GridHot.ID |
Penulis | : | Luvy Yulia Octaviani |
Editor | : | Popi |
Komentar