Saya juga gak pernah nyebut Surabaya seperti apa.
Yang paling penting saya tangani pasien dan warga saya. Supaya tidak ada yang jadi korban.
Iya kalau saya terlambat, kalau kemudian ada yang meninggal, dia menjadi anak yatim. Kan berat saya
Saya mending konsentrasi di sini.
Kan jadi energi kami habis untuk melakukan itu.
Padahal pasien-pasien ini butuh pertolongan," tegasnya.
Saat disinggung terkait hasil penelitian FKM unair yang menjadi rujukan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bahwa tingkat kepatuhan warga Surabaya Raya pada protokol pencegahan Covid-19 rendah, Risma langsung menampiknya.
"Mohon maaf mbak, coba dicek lagi, penelitian itu untuk mana. Bukan untuk Surabaya.
Mbak Rosi, harus cari buku asli.
Itu sudah dibantah oleh Persakmi bahwa itu bukan untuk Surabaya Raya," kata Risma.
Source | : | Surya.co.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Luvy Yulia Octaviani |
Komentar