GridPop.ID - Ternyata tak semua makanan aman dikonsumsi.
Ada beberapa makanan yang masuk dalam kategori makanan paling berbahaya di dunia.
Tak hanya berdasarkan jenis makanannya beracun dan mengandung bahan berbahaya, tetapi juga berdasarkan cara penyajiannya, hingga ukurannya.
Berikut adalah sederet makanan yang paling berbahaya di dunia:
1. Ikan Fugu
Jenis ikan yang satu ini memang terkenal sangat beracun sehingga paling berbahaya jika dikonsumsi.
Ikan yang disebut juga ikan buntal ini memiliki racun yang berbahaya bahkan 1.200 kali lebih mematikan daripada racun sianida.
Bagian paling berbahaya dari ikan ini adalah organ-organ dalam terutama hati ikan fugu.
Bahkan pada tahun 2015 tercatat ada 5 pria meninggal dunia akibat mengonsumsi hati ikan fugu.
2. Sannakji
Makanan yang satu ini berasal dari negara gingseng, Korea.
Sannakji terbuat dari gurita kecil yang masih hidup dan disajikan dengan kecap asin serta biji wijen.
Sannakji menjadi berbahaya karena tidak jarang tentakel gurita tersebut menempel di tenggorokan, sehingga membuat orang tersedak, dan tidak bisa bernapas.
Bahkan menurut laman food & wine, tercatat ada sekitar 6 orang yang meninggal setiap tahunnya akibat memakan sannakji dan tersedak.
Meskipun demikian tidak sedikit orang yang penasaran ingin mencoba makan sannakji seperti yang dilakukan selebriti tanah air Indonesia, Boy William belakangan ini.
3. Casu Merzu: Keju Belatung Sardinia
Casu Marzu merupakan keju Sardinia tradisional yang difermentasi ekstra oleh belatung hidup yang membusuk di sebagian keju.
Belatung-belatung tersebut dihasilkan dari larva lalat yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
4. Biji Ceri
Dilansir dari laman Thisinsider, ternyata biji buah ceri beracun sehingga tidak disarankan untuk dikonsumsi.
Biji ceri diketahui mengandung senyawa sianida hidrogen yang sangat beracun.
Namun kamu tidak perlu khawatir jika tidak sengaja menelannya, sebab efek mematikan ini akan terjadi apabila kamu sengaja mengonsumsi biji ceri dalam jumlah banyak.
Bahkan tak hanya biji ceri yang beracun, tetapi biji buah persik, plum, ackee dan aprikot juga dianggap beracun.
5. Hot Dogs
Makanan yang terbuat dari roti dan sosis ini masuk dalama daftar makanan berbahaya di dunia.
Kali ini bukan karena bahan makanannya, tetapi karena ukuran hotdogs yang cukup besar sehingga sering mengakibatkan tersedak.
Dalam sebuah penelitia, terdapat fakta bahwa hotdogs merupakan makanan nomor 1 yang paling banyak menyebabkan anak di bawah 3 tahun tersedak.
Oleh karena itu, sebaiknya kamu mengunyah hotdogs dengan benar-benar seblum menelannya agar tidak tersedak.
6. Haraki
Makanan keenam ini merupakan makanan khas dari negara Islandia.
Haraki terbuat dari daging hiu Greenland yang beracun.
Tak hanya itu, pengolahan daging hiu tersebut dilakukan dengan cara difermentasikan selama 5-6 bulan.
Aroma haraki sangat menyengat karena mengandung amonia dalam jumlah yang banyak.
7. Singkong
Singkong merupakan salah satu makanan yang termasuk kategori berbahaya.
Pasalnya makanan yang banyak dikonsumsi di Indonesia ini mengandung kandungan linamarin yang tinggi.
Kandungan tersebut dapat berubah menjadi senyawa sianida yang berbahaya saat dimakan mentah.
Oleh karena itu, kamu harus benar-benar mengolah singkong hingga benar-benar matang.
8. Echizen Kurage
Makanan yang satu ini berasal dari negara Jepang.
Echizen Kurage terbuat dari ubur-ubur di Jepang yang mengandung racun.
Ubur-ubur ini bisa dikonsumsi asalkan bagian racunnya dihilangkan dan kemudian dimasak dengan benar.
9. Kerang Darah
Kerang darah merupakan makanan yang biasa juga dimakan di Indonesia.
Namun, berbeda dengan penyajian yang dilakukan di Shanghai, China yaitu hanya dengan direbus sebentar.
Pasalnya, jenis kerang ini mengandung banyak bakteri dan virus penyebab hepatitis dan disentri.
Bahkan, pada tahun 1988 lalu, terdapat lebih dari 300 ribu orang terinfeksi kerang ini.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul: 9 Makanan Berbahaya di Dunia, 2 Diantaranya Sering Dikonsumsi Orang Indonesia
Source | : | Grid.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Septiana Hapsari |
Komentar