India telah mengizinkan AS untuk mengisi bahan bakar dan mendapatkan dukungan logistik untuk Poseidon P8 bersenjata di Port Blair di Kepulauan Andaman. Tidak jelas apakah ini hanya satu kali atau awal pola.
Sekarang AS bersandar pada Indonesia untuk bergabung dengan klub penahanan anti-China ini.
Sebagai indikasi perlunya mitra dalam upaya ini, ia membebaskan pelarangan Menteri Pertahanan Probowo Subianto atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dengan mengundangnya ke Washington untuk membahas kerja sama pertahanan.
Namun permintaan Washington ke Jakarta terkait pesawat mata-mata AS adalah ide yang buruk karena membuka pintu bagi Indonesia untuk memberi contoh bagaimana menghadapi kekuatan besar.
Greg Poling, seorang "ahli" tentang Laut China Selatan di Pusat Kajian Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington, mengatakan permintaan itu adalah "indikasi betapa sedikit orang di pemerintah AS yang memahami Indonesia."
Ada sinyal yang jelas bahwa Indonesia akan menolak permintaan AS untuk membantu militernya, terutama jika melibatkan pasukan atau aset di wilayahnya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pernah berkata, "Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan AS-China."
Terlepas dari profesi netralitas Indonesia terkait perjuangan AS-China untuk mendominasi kawasan, beberapa anggota ASEAN pada dasarnya membantu dan bersekongkol dengan AS dalam upayanya untuk menahan China.
Hal ini menjadi alasan mengapa Asia Times menyarankan agar negara-negara ASEAN lain mengikuti jejak Indonesia, yakni menolak dengan tegas terlibat dalam pertempuran AS dan China.
Grid.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul, Cuma Indonesia yang Berani Lakukan Ini, Jika Ogah Dipecundangi AS dan China, ASEAN Perlu Ikuti Langkah RI
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar