Ironisnya lagi, sebanyak 53,4 persen pemuda yang telah menyelesaikan pendidikannya tidak bekerja pada saat pencacahan tahun 2015.
Tingginya angka pengangguran di Timor Leste setidaknya disebabkan dua hal yakni kurangnya kesempatan kerja dan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja.
Tidak adanya pekerjaan bagi kaum muda telah banyak diberitakan di media Timor Leste dan disoroti oleh organisasi masyarakat sipil.
Demikian pula, masalah keterbatasan kesempatan kerja di dalam negeri membuat para pekerja di Timor Leste untuk pergi dan menjadi pekerja migran di Inggris, pekerja musiman di Australia, dan program kerja sementara di Korea.
Pada saat yang bersamaan, pengusaha Timor Leste juga kesulitan menemukan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Misalnya, pengusaha menemukan bahwa sebagian besar karyawannya kurang memiliki keterampilan lunak seperti komunikasi dan manajemen yang sangat mereka hargai.
Di sisi lain, Survei Kewirausahaan dan Keterampilan yang dilakukan oleh Sekretariat Pemuda dan Tenaga Kerja Timor Leste pada 2017 mengidentifikasi sektor konstruksi, ritel, dan otomotif membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar.
Karena sektor-sektor ini dapat menyediakan pekerjaan bagi banyak pemuda, temuan semacam itu harus ditanggapi dengan serius.
Kehadiran banyak kaum muda yang menganggur di negara ini dengan sendirinya merupakan fakta yang mengkhawatirkan.
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar