GridPop.ID - Masih ingat dengan sosok Eva Yanthi Arnaz?
Jika lahir di tahun 1970-an hingga 1980-an, pasti Anda tidak asing dengan Eva Yanthi Arnaz.
Pada saat itu, Eva Yanthi Arnaz merupakan seorang artis papan atas Indonesia.
Tercatat, dia sudah membintangi 50 film dan tak ragu saat "beradegan panas".
Namun kini, nama Eva Yanthi Arnaz hilang ditelan bumi.Publik pun bertanya-tanya, apa yang dilakukan oleh salah satu artis senior Indonesia tersebut?
Melansir dari suar.grid.id pada Sabtu (22/6/2019), ternyata Eva Yanthi Arnaz kini harus rela jualan lontong sayur untuk menyambung hidup.
Eva Yanthi Arnaz memulai karirnya menjadi None Jakarta pada tahun 1976.
Eva yang selalu totalitas dalam berbagai adegan di film dewasa, tentu membuat dirinya dilirik banyak pria saat itu.
Tercatat, Eva tercatat sudah menikah sebanyak empat kali.
Namun ketika suami keempatnya, Dedy Omar Hamdun menghilang dalam rangkaian skandal penculikan aktivis 1997/1998, Eva mulai berubah.
Sesaat setelah kehilangan suaminya, Eva pun bertandang ke tanah suci.
Di sanalah semua pergolakan ini dimulai dan pulang ke tanah air dengan hati mantap berhijrah.
Eva pun harus rela kehilangan namanya yang unik menjadi Siti Syarifah.
Melansir dari tribunnews.com pada April 2017, Eva mengaku batinnya tidak tenang karena dikenal sebagai artis panas.
Ia pun memutuskan untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Setelah mundur dari dunia keartisan, Eva Yanthi Arnaz mulai berusaha membersihkan harta-harta yang selama ini berhasil ia kumpulkan selama menjadi artis.
Eva lebih memilih menjual semua hartanya seperti rumah, mobil, dan banyak lainnya.
Ia lalu memulai usaha baru dengan berjualan makanan lontong sayur.
Tak cuma berjualan lontong sayur di kawasan rumahnya, ia juga lebih memilih membuka butik sendiri.
Menurut Eva, hal tersebut membuat hatinya lebih tenang.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: Kisah Eva Yanthi Arnaz, Mantan Artis Film Panas Tahun 70-an yang Kini Jualan Lontong Sayur untuk Menyambung Hidup
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Septiana Hapsari |
Komentar