Meskipun mencoba tegar menerima kenyataan saat ini, suara Soimah mulai bergetar dengan matan berkaca-kaca ketika menceritakan tentang anaknya yang harus ditinggalkan karena bekerja di Jakarta.
"Capek, kadang-kadang capek ya, aku yo enggak munafik ya, kadang-kadang pengin di rumah sama anak-anak, cuma...," ucapnya sempat terhenti seakan menahan tangis.
"Ya harus sadar, memang masih banyak yang membutuhkan aku di keluarga besarku, di orang-orang sekeliling. Karena orang di luar sana mikir aku punya gunung duit to," jelasnya.
Soimah sempat kembali bersemangat ketika membahas impiannya setelah pensiun, memiliki pendopo sebagai wadah bagi teman-teman seniman yang kurang ruang untuk
berproses, berlatih seni di Yogyakarta, sementara Soimah akan menikmatinya, melihatnya.
Namun, ia kembali terlihat sedih dan menghapus air mata ketika lagi-lagi menceritakan impian sederhananya jika nanti pensiun dan kemudian hidup sebagai ibu rumah tangga,
menemani anak-anaknya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar