Hal itu disertai data dari sejumlah studi yang mengungkap, anak-anak yang sering dipukul bokongnya oleh orangtua akan cenderung lebih gemar menentang.
Mereka pun berpotensi menunjukkan perilaku agresif di usia prasekolah dan sekolah, berpotensi meningkatkan risiko penyakit kesehatan mental, hingga penurunan kepercayaan diri.
Dokter anak Karen Estrella, mengungkapkan, memukul bokong mungkin akan memunculkan rasa takut dalam diri anak ketika hal itu berlangsung.
Namun perlakuan tersebut sesungguhnya tidak akan bisa mengubah perilaku anak menjadi lebih baik untuk jangka waktu panjang.
Sering, memukul bokong seolah menormalisasi tindakan pemukulan yang akan memicu perilaku agresif, sehingga konflik antara anak dan orangtua lebih berpotensi muncul.
"Anak-anak memandang orangtua sebagai role model. Sehingga perilaku agresif hanya akan mengeneralisasi lebih banyak perilaku negatif terhadap anak," kata Estrella.
Dalam pernyataan yang sama, AAP juga mengimbau untuk tidak dilakukan pelecehan verbal, menjelaskan kepada anak dengan berteriak dan hinaan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar