Mereka adalah orang-orang yang memiliki sejumlah masalah kesehatan atau beberapa penyakit.
"(Jadi intinya kalau orang yang sudah divaksin masih ada kemungkinan tertular), masih bisa. Dijadikan vaksin itu maksudnya supaya tubuh kita kebal terhadap penyakit. Tapi ada beberapa orang yang mempunyai gangguan sehingga tidak terbentuk kekebalan," katanya.
Orang-orang yang tidak mendapat imunitas setelah divaksin, kata Kusnandi, contohnya adalah orang-orang yang memiliki permasalahan dengan kekebalan tubuh.
"Contohnya orang yang makan-makan obat-obatan tertentu, atau orang sedang kena penyakit, ya umpamanya dia itu penyakit leukemia, atau gangguan imunodefisiensi, sehingga dia gampang tertular. Juga orang-orang yang begitu nggak boleh diimunisasi, karena dia tidak akan terbentuk responnya," ujar Kusnandi.
Dengan demikian, semua orang tetap harus menjalankan protokol kesehatan supaya tidak tertular atau menulari orang lain.
Walaupun diketahui, orang yang dinyatakan positif Covid-19 setelah mendapat vaksinasi, hanya mengalami gejala ringan.
"Semua harus tetap melakukan protokol kesehatan. Vaksin saja kurang. Orang yang divaksin, enggak ikut protokol kesehatan, dia bisa menularkan penyakit ke orang lain. Karena kumannya itu kan ada di baju, ada di leher, ada di semua. Kalau sembarangan, dia akan menularkan karena kuman ada di badan dia," katanya.
Menjadi Landasan Penghitungan Efikasi
Perbandingan jumlah relawan yang terkena Covid-19 tersebut, kemudian dihitung untuk mendapatkan persentase efikasi atau kemanjuran vaksin.
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Sintia N |
Komentar