"Aku menjawabnya bukan dengan kata-kata melainkan senyum berat. Langit ini terasa runtuh semuanya hambar bagai siang tanpa matahari dan malam tanpa bintang juga bulan."
"Insya Allah sekarang kupersiapkan dengan baik agar kita bisa berjumpa dan berkumpul sembari menunggu waktuku di jemput atau hari kiamat," ujar Fadel.
Meski sayang ayah telah tiada, Fadel mengaku bangga menjadi anak ayahnya.
Meski demikian, ada rasa iri dalam hati Fadel melihat orang lain yang masih memiliki keluaga yang utuh.
"Allah sudah begitu baik karena memberiku kesempatam memiliki ayah, aku bangga jadi anakmu, sangat bangga bahagia," imbuh Fadel lagi.
Source | : | Kompas.com,Grid.ID,TribunSolo |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar