"Kamu Musyrik. Kamu Munafik. Kamu Menuhankan Makhluq."
"Inilah kalimat pujian yang selalu kami dengar. Ya, selalu. Di kala makan di restoran. Berangkat sekolah. Berkumpul bersama. Bahkan mungkin, di setiap sudut bumi ini, hanya ada pengingat akan kalimat itu semua'," tulis Ghaza.
Yang tambah bikin Ghaza nyeri, nampaknya Teh Ninih menanggapi itu semua dengan lapang dada.
"Namun dirimu. Ya dirimu. Tak pernah kudengar sekalipun, kalimat. Tidak. Kata, yang menyakiti hati kami," herannya.
Ghaza juga sepertinya tidak mau ibunya terus menerus hidup dalam hinaan.
Ia juga membongkar adanya permainan di pengadilan yang mempermainkan ibunya.
"Rasanya, cukup bagiku penderitaanmu. Sudah waktunya bagimu untuk tersenyum. Sudah cukup tangisanmu. Cukup, waktunya bahagia. Meskipun tidak bersama-sama."
"Ya, betul. Nampaknya kemarin ada sedikit permainan di pengadilan. Begitulah, manusia. Barangkali, waktu 15 tahun belum cukup untuk menyiksamu, mungkin beliau masih perlu waktu untuk merasa puas."
"5 juni 2020, lusa adalah tepat satu tahun setelah engkau dicerai. Dan, sampai detik ini engkau digantung, dipermainkan. Maaf, saya tak bisa diam," pungkas Ghaza.
GridPop.ID (*)
Komentar