Dengan obat ini, kemungkinan pasien yang sakit parah dan kritis yang memakai ventilator berkurang 28 persen, dibandingkan dengan perawatan standar.
Rekomendasi itu muncul ketika negara-negara di seluruh dunia termasuk Afrika Selatan, Indonesia, dan Bangladesh memerangi gelombang baru virus yang menghancurkan, dipicu oleh varian Delta yang pertama kali muncul di India.
WHO masih berupaya untuk menghapus perlindungan paten pada vaksin Covid-19 untuk meningkatkan akses bagi negara-negara miskin.
Ada juga seruan untuk menghilangkan hambatan “hak kekayaan intelektual” tersebut pada obat-obatan yang penting untuk pengobatan efektif virus corona yang parah.
Tocilizumab termasuk dalam kelas obat yang disebut antibodi monoklonal (mAbs).
Obat ini digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit termasuk radang sendi dan kanker, dan diproduksi oleh raksasa farmasi Swiss, Roche. Obat itu dijual di bawah nama merek Actemra.
Mengikuti rekomendasi WHO, Doctors without Borders (dikenal dengan inisial bahasa Perancisnya, MSF) mendesak Roche untuk menurunkan harga obat agar terjangkau dan dapat diakses.
Perusahaan itu juga diminta untuk berbagi pengetahuan, lini sel induk, dan teknologi dari obat itu, sehingga memungkinkan obat itu diproduksi oleh produsen lain lintas dunia.
“Obat ini dapat menjadi penting untuk merawat orang dengan kasus Covid-19 yang kritis dan parah serta mengurangi kebutuhan akan ventilator dan oksigen medis yang langka di banyak tempat,” kata Julien Potet, Penasihat Kebijakan Penyakit Tropis yang Terabaikan di Kampanye Akses MSF dalam sebuah pernyataan.
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar