GridPop.ID - Deddy Corbuzier akhirnya muncul di hadapan publik setelah sempat mendadak pamit dari podcast dan akun media sosialnya.
Rupanya Deddy Corbuzier terpapar Covid-19 hingga membuat kondisinya sempat kritis lantaran terkena badai sitokin.
Dilansir dari TribunJateng.com, usai Deddy Corbuzier dinyatakan sembuh, justru ia mengalami badai sitokin.
Dua pekan sebelum mengalami badai sitokin, pria berkepala pelontos tersebut positif Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri selama tiga hari.
Akan tetapi, dua pekan setelahnya justru ia mengalami demam tinggi hingga suhu tubuh kekasih Sabrina Chairunnisa tersebut mencapai 41 derajat dan membuat vertigonya kambuh.
Melansir Kompas.com, kondisi serupa juga pernah dialami mendiang Raditya Oloan sebelum meninggal dunia.
Diketahui bahwa Raditya Oloan menghembuskan napas terakhir pada Mei lalu ketika tubuhnya didera reaksi sistem imun berlebih tersebut.
Kondisi ini memang merupakan reaksi sistem imun berlebih yang tak bisa dikontrol dan bukan hanya menyerang virus saja.
Tapi kondisi ini juga dapat menyebabkan peradangan yang menyasar pada organ tubuh.
Semua pasien Covid-19, memiliki risiko yang sama terhadap kondisi ini, termasuk mereka yang diketahui sebagai orang tanpa gejala (OTG).
Maka dari itu, semua orang dianjurkan untuk dapat mendeteksi gejala yang dialami sedini mungkin agar dapat memperoleh pengobatan yang sesuai.
Spesialis penyakit dalam, RA Adaninggar, dr, SpPD menyebut bahwa, badai sitokin dapat diatasi apabila si penderita melakukan pemantauan ketat selama infeksi Covid-19.
Langkah ini dapat membantu memperlambat progresivitas peradangan yang terjadi.
"Waspada bila muncul demam tinggi setelah hari kelima, batuk/sesak yang tambah parah, dan penurunan bertahap saturasi oksigen," tulis dia melalui akun Instagram-nya.
Adaninggar menyebut bahwa kondisi gejala yang memburuk dan kondisi masa kritis biasanya terjadi usai lima hari kemunculan gejala pertama.
Meski pencegahan agak sulit dilakukan karena faktor yang menentukan terjadinya badai sitokin bersifat kompleks, tak ada salahnya jika tetap menjaga diri agar terhindar dari Covid-19.
"Karena kita tidak bisa memprediksi, lebih baik kita jaga-jaga, jangan sampai orang harus mengalami Covid, dan risikonya untuk jatuh ke kondisi berat tidak bisa diprediksi," kata Ninggar.
Ia lantas mengingatkan agar tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Terkhusus penyebaran varia Delta yang dominan dan jenis virus ini dapat menyebabkan viral load yang tinggi.
Saran selanjutnya yakni agar menyegerakan melakukan vaksinasi lantaran dapat mengurangi gejala berat.
Tak sampai di situ, pola hidup yang sehat juga dapat mengoptimalkan kesehatan interferon dan sel imun dalam menghadapi virus.
Terakhir, Ninggar menyarankan pentingnya berdoa karena ada faktor genetik yang tidak bisa diketahui, namun sangat berpengaruh pada pasien yang mengalami badai sitokin.
"Kita tidak tahu bagaimana respons imun seseorang melawan Covid, jadi berdoa dan pasrah penting setelah melakukan semua usaha," sebut dia.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,TribunJateng.com |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar