Lalu, apa yang harus dilakukan orangtua jika anak melakukan hal yang buruk? Dikatakan dr. Gita, jika anak melakukan hal yang buruk atau kurang baik, sebaiknya orangtua mendiskusikan perilakunya dengan nada bicara yang tenang dan tidak menasihati satu arah.
“Diskusikan, tanyakan pada anak apa konsekuensi dari perbuatannya, misalnya ketika dia merugikan orang lain atau dirinya sendiri, membuat orang lain tersinggung atau tidak nyaman,” ujarnya.
“Orangtua dapat menanyakan pada anak apabila anak melihat orang lain melakukan hal yang sama, apa parasaan, dan pikiran yang muncul,” imbuh dr. Gita.
Terlalu sering memarahi anak, menurut dr. Gita justru dapat berefek buruk dalam perkembangan psikologis anak.
Berikut ini beberapa efek buruk pada anak akibat terlalu sering dimarahi:
- Jika sering dimarahi, anak akan menjadi cemas, karena selalu mengantisipasi akan dimarahi apabila melakukan sesuatu.
- Anak yang sering dimarahi, kepercayaan dirinya rendah, peragu, dan takut melakukan sesuatu karena takut melakukan kesalahan.
- Jika sering dimarahi, anak juga dapat menjadi pribadi yang suka menentang. Anak merasa selalu tersudut sehingga pada satu momentum tertentu merasa perlu melawan. Berjaga-jaga dengan melawan terlebih dahulu sebelum dimarahi atau ketika hanya diingatkan atau ditegur ringan.
- Mungkin juga anak yang sering dimarahi akan menjadi pribadi yang agresif dan pemarah, apabila marah adalah sesuatu yang dianggap normal atau biasa di rumah.
Oleh karena itu, ketimbang memarahi anak, dr. Gita menyarankan untuk berdiskusi. Dengan berdiskusi, anak akan menjadi lebih menyadari perilakunya, mempertimbangkan perilakunya, mampu merefleksikan diri, dan menjalani proses pematangan kepribadian yang matang dan adaptif.
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Veronica S |
Komentar