"Pertama, aku kira ayahku cuma bercanda.
Namun ternyata dia benar-benar serius ingin mencari menantu,"
"Aku dan saudara-saudaraku menghormati keputusannya," ucap Kansita.
Beberapa orang tua memang masih melakukan sistem perjodohan di zaman sekarang.
DIlansir dari laman kompas.com, siapa sangka pernikahan hasil perjodohan lebih mampu bertahan meski sering terjadi bentrokan ego dan perbedaan pendapat.
Namun, ironis, pernikahan perjodohan lebih lama bertahan karena ada tekanan sosial. Uraian tersebut di atas dipresentasikan pada Indian Association of the Social Psychiatry.
Sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh World Psychiatry Association dan dikampanyekan oleh Chhatrapati Shahuji Maharaj Medical University.
“Pernikahan yang dilandasi cinta bisa berkembang, begitu juga dengan pernikahan hasil perjodohan. Perbedaannya terletak pada besarnya peranan keluarga. Dalam pernikahan yang dilandasi cinta, keluarga tidak banyak ikut campur dan membiarkan keputusan ditentukan oleh pasangan tersebut. Hal seperti ini tidak terjadi pada pernikahan hasil perjodohan," jelas Profesor Harjeet Singhs, Co-Chairman Indian Association of the Social Psychiatry.
Lalu, Singhs menambahkan bahwa pernikahan hasil perjodohan memiliki tekanan sosial yang tinggi ketimbang berdasarkan cinta.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Wiken.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar