Setelah bangun, taruna itu berteriak, dan Prajurit itu segera menghilang.
Teman sekamar taruna itu tidak melihat apa-apa tetapi mengatakan bahwa ada suasana dingin terasa lain di ruangan itu.
Hantu itu digambarkan sebagai Prajurit paruh baya yang mengenakan seragam antik dari tahun 1830-an, musket, topi shako, dan kumis stang.
Hantu itu mendapat julukan "The Pusher" karena kehadirannya yang sedingin es.
Memaksa korban lain untuk tidak bergerak sampai tekanan dari fisiknya yang kabur dan bercahaya menghilang.
Menurut The New York Times, The Pusher muncul untuk kedua kalinya di sebuah area yang dikenal sebagai Bureau.
Salah satu taruna yang mereka wawancarai menceritakan bahwa hantu itu berjalan keluar di tengah sekelompok taruna dan menyebabkan mereka berteriak.
Mereka juga saling berpelukan dan berdoa dengan rosario.
Baca Juga: Heboh Wanita Cantik Dijatuhi Vonis Hakim Meski Sudah Meninggal Dunia, Alasannya Bikin Syok
Komentar