Ketika banjir melanda, pemilik kafe yaitu Titiporn Jutimanon bermaksud menutupnya, tetapi menyadari bahwa pelanggan sebenarnya tidak keberatan dikelilingi oleh air.
"Konsepnya menyebar dari mulut ke mulut pelanggan," katanya kepada AFP, seraya menambahkan rekaman restoran unik itu dengan cepat menjadi viral di media sosial.
Restoran-restoran di Bangkok dan destinasi berlibur bolak-balik keluar-masuk dari pembatasan tahun ini, ketika gelombang ketiga Covid-19 di Thailand terjadi.
Otoritas Thailand mengizinkan aturan makan di rumah dilanjutkan pada September sebagai bagian dari pelonggaran pembatasan, karena kasus baru turun menjadi sekitar 10.000 per hari, dari puncaknya 23.000 pada Agustus.
Diperkirakan 50.000 restoran tutup permanen, menurut Asosiasi Restoran Thailand, dan Titiporn bersyukur dia masih bisa membuka usahanya.
"Kalau saya harus menutup restoran lagi, itu pasti tidak akan bertahan," ujarnya.
Namun ia tak menampik bahwa mengoperasikan restoran yang kebanjiran membutuhkan banyak kerja keras.
"Anda harus berjalan melalui air banjir sambil memegang makanan pelanggan," katanya, menambahkan bahwa staf juga harus mengepel lumpur setelah tutup.
Pengalaman ini terbukti menjadi populer di kalangan anak muda dan keluarga Thailand.
"Ekonomi sangat buruk akhir-akhir ini. Saya pikir itu ide yang sangat bagus. Pemiliknya mengubah krisis menjadi peluang," kata pelanggan bernama Neung (49).
Source | : | Kompas.com,Halodoc.com |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar