Sebagian ulama saat itu membenarkan dan menyetujui tindakan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut.
Mereka beranggapan Maulid Nabi baik untuk diperingati dengan cara bersedekah seperti itu.
Dalam kitab Wafayat Al-A`yan, Ibn Khallikan menceritakan Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam, kemudian ke Irak.
Ketika Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia berpendapat Sultan Al-Muzhaffar sangat perhatian terhadap perayaan Maulid Nabi.
Kemudian, Al-Hafizh Ibn Dihyah menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi berjudul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”.
Buku tersebut dihadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.
Tradisi Maulid Nabi Hingga Sekarang
Sejak peringatan Maulid Nabi pertama kali itu, tradisi Maulid Nabi dilakukan oleh sebagian umat Islam hingga sekarang.
Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian.
Adapun ulama tersebut adalah:
- Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H),
- Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H),
- Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H),
- Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H),
- SyeIkh Ibn Hajar Al-Haitami (w. 974 H),
- Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H),
- Al-Imam Al-Izz ibn Abd Al-Salam (w. 660 H),
- Mantan mufti Mesir, Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i (w. 1354 H),
- Mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351 H).
Kemudian, perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi umat Islam setiap bulan Rabiul Awal bagi generasi umat Islam dari masa ke masa.
Selain pendapat pertama tentang perayaan pertama oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut, ada juga pihak lain yang mengatakan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi.
Source | : | Kompas.com,tribunlifestyle.com,GridPop.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar