GridPop.ID - Masyarakat Indonesia kembali dirundung duka usai berhembus kabar kurang menyenangkan dari salah satu tokoh besar nasional.
Kali ini kabar duka itu datang dari mantan Presiden Republik Indonesia yang ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Diusianya yang telah menginjak 72 tahun itu, SBY justru dikabarkan jatuh sakit.
Dilansir dari Kompas.com, Staf Pribadi SBY, Ossy Dermawan, pada Selasa (2/11/2021) mengabarkan bahwa SBY didiagnosis mengidap kanker prostat stadium awal.
Akibat penyakitnya itu, SBY direncanakan akan melakukan perawatan medis ke sebuah rumah sakit khusus kanker di Menneapolis, Amerika Serikat (AS).
"Beliau akan melakukan perawatan kesehatan sekaligus pengecekan kesehatan di US, rencananya mau berangkat hari ini (Selasa, 2 November 2021)," kata anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Syarief Hasan, seperti dikutip melalui Kompas.com.
Kendati mengidap penyakit serius, namun SBY justru tampak santai dan masih menjalankan berbagai aktivitasnya seperti melukis, menulis, berolahraga, bahkan menunggui klub bola volinya berlatih.
Apa itu kanker prostat?
Dilansir melalui Tribun Bali, kanker prostat adalah jenis kanker yang umum pada pria, tetapi sangat dapat diobat saat kanker ini diketahui pada kondisi awal.
Kanker prostat seperti yang dialami SBY, adalah jenis kanker yang menyerang pria, bahkan jenis kanker ini sangat umum dialami pria di Amerika Serikat.
Tanda-tanda kanker prostat
Penyakit kanker prostat dimulai di kelenjar prostat, yang berada di antara penis dan kandung kemih, dikutip dari Medical News Today.
Fungsi prostat yakni memproduksi cairan yang memberikan nutrisi dan mengangkut sperma.
Selain itu, prostat berfungsi mengeluarkan antigen spesifik prostat (PSA), yakni protein yang membantu air mani mempertahankan keadaan cairnya.
Prostat juga membantu mengontrol urin.
Gejala atau tanda seseorang mengalami kanker prostat, seringkali tidak ada selama tahap awal kanker tersebut menyerang tubuh.
Akan tetapi, dengan skrining dapat mendeteksi perubahan yang dapat mengindikasikan kanker.
Dalam pemeriksaan medis, skrining yang dilakukan biasanya melibatkan tes yang akan mengukur kadar PSA dalam darah.
Apabila tampak tinggi, maka menunjukkan kemungkinan adanya kanker yang berkembang.
Mengenali tanda-tanda awal kanker prostat akan dapat membantu penyembuhan pasien.
Menurut American Cancer Society, biasanya kanker prostat stadium awal tidak menimbulkan gejala dan sebagian besar dikenali melalui skrining.
Namun, penting untuk mengetahui gejala kanker prostat yang dapat dikenali.
Kendati demikian, ada beberapa kondisi atau tanda-tanda kanker prostat yang kemungkinan perlu disadari, antara lain sebagai berikut:
- Kesulitan memulai atau mengendalikan buang air kecil.
- Sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari.
- Darah dalam urin atau air mani. Sakit saat buat air kecil.
- Nyeri saat ejakulasi.
- Sulit mendapatkan atau mempertahankan ereksi.
- Rasa sakit atau tidak nyaman saat duduk, jika prostat membesar.
Perawatan kanker prostat stadium awal
Dengan skrining awal, maka pengobatan kanker prostat akan dapat efektif.
Skrining rutin memungkinkan dokter untuk mendeteksi banyak kasus kanker prostat sebelum kanker menyebar.
Perawatan akan tergantung pada stadium kanker, di antara faktor-faktor lainnya.
Pada kanker prostat stadium awal, perawatan yang dilakukan, apabila kankernya kecil dan terlokalisasi, maka dokter biasanya akan merekomendasikan untuk menunggu atau memantau dengan waspada.
Dokter mungkin akan memeriksa kadar PSA darah secara teratur, tetapi tidak segera mengambil tindakan.
Kanker prostat tumbuh perlahan, dan memiliki risiko efek samping yang mungkin lebih besar dibandingkan kebutuhan untuk perawatan segera.
Prosedur operasi, mungkin akan dilakukan ahli bedah untuk melakukan prostatektomi.
Yakni dengan mengangkat kelenjar prostat menggunakan laparoskopi atau operasi terbuka.
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan terapi radiasi, melalui Brachytherapy atau terapi radiasi konformal.
Terapi radiasi Brachytherapy, akan dilakukan dokter dengan menanamkan biji radioaktif untuk memberikan pengobatan radiasi yang ditargetkan.
Sedangkan terapi radiasi konformal menargetkan area tertentu, meminimalkan risiko pada jaringan sehat.
Jenis lain, yang disebut terapi radiasi termodulasi intensitas, menggunakan sinar dengan intensitas variabel.
Perawatan akan tergantung berbagai faktor. Seorang dokter akan mendiskusikan pilihan terbaik untuk individu tersebut.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Bali |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar