Beberapa gerakan bahkan sudah terlihat dari fase awal dekomposisi. Gambar-gambar yang ditangkap kamera cukup membuat para peneliti terkejut.
"Kami rasa, pergerakan tersebut berkaitan dengan proses dekomposisi–ketika tubuh menjadi mumi dan ligamen mengering," papar Wilson.
Wilson dan rekannya menggunakan kamera time-lapse untuk merekam proses pembusukan mayat selama enam bulan.
Gambar yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan sistem poin level dekomposisi tubuh untuk mengetahui interval post-mortem atau seberapa lama orang tersebut telah meninggal.
Hasilnya menunjukkan kecocokan antara sistem poin dengan fotografi time-lapse yang dengan kata lain, kamera tersebut bisa menjadi alat forensik yang valid.
Menurut Wilson, penemuan ini sangat penting dalam menyelidiki kematian yang misterius.
Hingga sekarang, selama tidak ada bukti bahwa mayat telah dipindahkan–baik oleh hewan atau manusia–para ilmuwan forensik umumnya menganggap bahwa posisi tubuh yang ditemukan di tempat kejadian perkara adalah posisi terakhir sebelum korban meninggal.
Namun, dengan cara terbaru ini, tim forensik bisa menggunakan time lapse untuk membuat data statistik tentang pergerakan jasad.
Pengetahuan ini bisa digunakan untuk menganalisis kejadian perkara dengan akurasi lebih baik di masa depan.
"Ahli forensik akan mampu memetakan TKP, posisi tubuh mayat dan semua bukti fisik. Mereka juga mungkin bisa menemukan penyebab kematian,” pungkas Alyson.
Source | : | Kompas.com,Grid Hype |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar