Sebab selama ini kemampuan merangkai bonsai masih didominasi oleh petani atau perajin bonsai dari Jawa dan Bali.
"Selama ini bahan baku bonsai baik itu akarnya biasanya di suplai dari Sumatera dan Sulawesi kirim ke Jawa Bali.
Kemudian dibudidayakan dengan modal awal Rp 5-10 juta beberapa tahun kemudian laku dijual ratusan juta. Ke depan kita ingin semua daerah bisa membuat bonsai seperti itu," katanya, Jumat (2/12/2021).
Untuk mewujudkan cita-citanya ini, ia ingin membuat kelas bonsai selama dua pekan yang akan menghadirkan mentor dari Pulau Jawa.
Erwin sendiri menggeluti hobi bonsai sejak 21 tahun lalu.
Saat ini ia fokus mengembangkan agar bonsai tetap maju dan berdaya saing bukan cuma di Indonesia saja tapi juga di kancah internasional.
Disinggung soal harga bonsai yang dibandrol hinga Rp 3 miliar di lintas bonsai Sriwijaya, harga itu dibandrol mahal agar tidak ada orang yang membeli sebab si empunya tidak ingin menjualnya karena sayang.
Namun meski mahal kadang tetap ada saja yang mau membelinya karena memang seni itu tidak bisa diukur dengan harga.
Source | : | Kompas.com,Sripoku.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar