Faktanya, memang Pak Roh seorang yang taat ibadah dan dermawan.
Ia tak segan membantu para tetangga yang membutuhkan, tanpa pamrih.
"Saya kerap baca surat yasin 3 kali tiap habis maghrib dan 21 kali surat Al Ikhlas. Salat lima waktu dijalankan. Tak lupa berbagi dengan tetangga tanpa mengharap imbalan. Kalau saya ada (rezeki) akan saya berikan. Tetangga saya anggap keluarga sendiri," ungkapnya.
Tetangga pak Roh, Sugeng, membenarkan hal itu. Menurutnya, Wagiman sosok yang rajin beribadah. Selain, itu Wagiman dikenal baik dengan tetangga.
"Pak Wagiman orangnya baik, suka berbagi dengan tetangga serta sopan," pungkasnya.
Di sisi lain, saat Gunung Semeru mengeluarkan kepulan asap tebal ke udara Wagiman tengah beraktivitas mengambil kelapa dari pohonnya.
Dari atas pohon kelapa, Wagiman memandang jelas kepulan asap itu. Kemudian, dia turun dan mengabarkannya kepada delapan anggota keluarganya di rumah.
Lantas, Wagiman dan keluarga menyelamatkan diri menjauh dari dusun. Seluruh keluarganya selamat dari erupsi Gunung Semeru.
Sementara situasi semakin mencekam saat Gunung Semeru erupsi itu pun membuat warga menjerit dan berlarian, berusaha menjauh dari kejaran awan panas.
Tak terkecuali seorang ibu hamil bernama Ayuningsih yang tinggal di kaki Gunung Semeru, tepatnya di Dusun Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
"Saya tak memikirkan apa-apa, pokoknya saya, anak yang dikandung, dan suami selamat," kata Ayu menceritakan kondisi saat itu, seperti dilansir Kompas.com dari Tribun Jatim, Senin (6/12/2021).
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar