Dia menjelaskan bahwa ayahnya menahannya di ruang bawah tanah dan dia melahirkan tujuh anak.
Dia menjelaskan bahwa Josef adalah ayah dari ketujuh anaknya dan bahwa dia akan turun pada malam hari, membuat dia menonton film porno dan kemudian memperkosanya.
Dia menjelaskan bahwa dia telah melecehkannya sejak dia berusia 11 tahun.
Polisi menangkap Josef Fritzl malam itu.
Setelah penangkapan, anak-anak di ruang bawah tanah juga dibebaskan dan Rosemarie Fritzl meninggalkan rumah.
Dia diduga tidak tahu apa-apa tentang peristiwa yang terjadi tepat di bawah lantai rumahnya.
Para penyewa yang tinggal di apartemen di lantai pertama rumah Fritzl juga tidak pernah tahu apa yang terjadi tepat di bawah mereka, karena Josef telah menjelaskan semua suara dengan menyalahkan pipa yang salah dan pemanas yang berisik.
Hingga kini, Elisabeth Fritzl hidup di bawah identitas baru di sebuah desa rahasia Austria yang hanya dikenal sebagai "Desa X."
Rumah itu berada di bawah pengawasan CCTV konstan dan patroli polisi di setiap sudut, dan tidak melakukan foto ataupun wawancara.
Meskipun dia sekarang berusia pertengahan lima puluhan, foto terakhir yang diambil darinya adalah ketika dia baru berusia 16 tahun.
Upaya untuk menyembunyikan identitas barunya dibuat untuk menjaga masa lalunya disembunyikan dari media dan membiarkannya menjalani kehidupan barunya.
Namun, banyak yang percaya bahwa mereka telah melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk memastikan keabadiannya sebagai gadis yang ditawan selama 24 tahun.
Mengapa kasus pencabulan terhadap anak kerap terjadi, dan dilakukan oleh keluarga dekat?
Psikolog yang juga Seksolog, Dr. Baby Jim Aditya, M.Psi., mengatakan, meski kasus yang muncul saat ini ibarat fenomena puncak gunung
Hal itu karena masih banyak kasus yang belum terungkap. Biasanya, korban enggan melapor karena berbagai alasan.
"Malu pada kejadian itu, takut dimarahi orang di sekitarnya, takut sama Tuhan, takut sama diri sendiri, takut dipermalukan. Sudah dia jadi victim, dia di-revictimisasi," ujar Baby, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/11/2021).
Menurut dia, kasus-kasus seperti ini terjadi karena kontrol diri yang rendah atau lemah.
Baby mengatakan, masing-masing individu bisa menahan diri serta mengetahui mana yang benar dan salah.
Penyebab lainnya, kata dia, karena relasi kuasa yang sangat patriarki di Indonesia.
"Relasi kuasa yang sangat patriarki, yang sangat mementingkan kepentingan laki-laki. Apa pun demi untuk laki-laki, oleh laki-laki, demi kepentingan laki-laki. Jadi perempuan enggak didengar aspirasinya," kata Baby.
"Makanya si pelaku melakukannya kembali bahkan sampai bertahun-tahun," imbuhnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,GridPop.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar