Mengingat tahun-tahun sebelumnya, Sutrisno mengaku selalu banjir pesanan saat pergantian tahun datang.
Dia mengatakan, mendapatkan pesanan dari berbagai kota, seperti Yogyakarta, Semarang, dan Solo.
"Tahun kemarin itu ada supermarket yang pesan, tapi tahun ini tidak ada," kata dia.
Bahkan, Sutrisno mengaku berhasil menjual terompet sekitar seribu dengan berbagai bentuk dan harga yang beragam.
"Kalau harganya beda-beda, tergantung bentuknya. Kalau yang biasa hanya Rp 10 ribu, tapi yang bentuk naga itu harganya Rp 20 ribu," tandasnya.
Dikutip dari Kompas.com, hal senada juga dilontarkan penjual terompet bernama Sudarmo (55), warga Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Hingga menjelang malam pergantian tahun, terompet kertas buatannya masih menumpuk di rumah dan belum ada yang terjual.
"Kalau dulu hari-hari seperti ini terompet saya sudah banyak (dijual pedagang) di jalan-jalan. Kalau sekarang nggak ada satupun yang keluar (terjual)," tutur Sudarmo, Selasa (29/12/2020).
Sejak pemerintah mengumumkan larangan perayaan Tahun Baru, ia hanya membuat 100 terompet dengan bentuk bervariasi.
"Tapi kenyataannya (terompet) yang sudah jadi saja sampai sekarang tidak ada yang keluar, karena katanya tidak boleh ada acara, tidak boleh ada kerumunan," kata Sudarmo.
GridPop.ID (*)
Artikel ini sudah tayang di Grid.ID dengan judul 'Sudah Gelontorkan Modal Rp 700 Ribu, Penjual Terompet di Tahun Baru Alami Nasib Apes: Pesanan Juga Tidak Ada'
Source | : | Grid.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar