"Saat mendengar itu, perasaan saya udah mulai ndak enak, tapi saya tetap diam saja takutnya nanti malah keluarga saya itu malah histeris semua," ujarnya.
Kendaraan tersebut kembali melaju, namun sopir bus tak bisa lagi mengendalikan laju kendaraan ketika mulai melewati turunan.
"Saya sempat bertanya ke sopir 'Pir, ini gimana masih bisa ndak?', tapi sopir itu udah ndak ada yang bicara, diam semuanya, kelihatan panik.
Saya sudah berpikir mungkin ini blong lah, dan bus turun dalam kecepatan tinggi," paparnya.
"Pas rem blong itu penumpang udah pada teriak histeris semua, ada yang bersholawat, ada yang bertakbir," imbuh dia.
Dalam kondisi tersebut, kata Danarto sopir terlihat bingung hendak menghentikan bus ke arah mana.
Sebab medan di kawasan Bukit Bego di satu sisi adalah jurang, dan di sisi lain ada kendaraan dari arah berlawanan.
"Bolak-balik bus itu mau dihantemin kemana ndak tahu, lalu ada Elf dari bawah, itu mau dihantemin situ, takut semuanya habis, kalau ke kiri jurang, akhirnya langsung ambil ke kanan, tebing itu," jelasnya.
Di balik kejadian tersebut, Danarto bersyukur lantaran ia dan empat anggota keluarganya dapat selamat meski dirinya sempat terpelanting ke luar bus dan masuk ke selokan.
Dilansir dari Tribunnews.com, diketahui bahwa tercatat ada 13 korban meninggal dunia atas insiden kecelakaan tersebut.
Korban meninggal tertua berusia 75 tahun, sementara termuda 10 tahun.
Sopir bus pariwisata juga turut menjadi korban meninggal dunia, adapun kernet bus mengalami luka.
GridPop.ID (*)
Source | : | Tribunnews.com,Tribun Jogja |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar