asisten direktur Frankfurt University Teaching Hospital for Psychosomatic Medicine and Psychotherapy, Aglaja Stirn, MD, menyebutkan bahwa praktik genital piercing atau tindik kelamin itu sendiri merupakan bagian dari kebudayaan.
Menurut risetnya, Stirn memaparkan bahwa tindik kelamin merupakan bagian dari kebudayaan Suku Dayak, di Kalimantan.
Dahulu, laki-laki suku dayak diharuskan menghias alat vitalnya dengan perhiasan-perhiasan dari tulang-belulang.
Tradisi tindik kelamin juga disebutkan dalam teks Kamasutra, yang tak lain adalah kitab kuno yang membahas serba-serbi cinta dan sensualitas dari kebudayaan Hindu.
Di sini, tindikan kelamin disebutkan sebagai bentuk perhiasan.
GridPop.ID (*)
Source | : | Tribunnews.com,SURYA.co.id |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar