Seorang ahli gastronomi dari Universitas Gadjag Mada, Murdijati Gardjito menerangkan asal usul Pecel.
"Menurut Babad Tanah Jawi, pecel asal muasalnya diceriterakan dihidangkan di daerah Yogyakarta. Dipecel berarti daun daunan yang direbus kemudian dibuang airnya dengan diperas," jelasnya.
Konon katanya diceritakan pada saat tengah hari Sunan Kalijaga bertemu dengan Ki Gede Pamanahan di pinggir sungai.
Ki Gede Pamanahan menghidangkan sepiring sayuran sambel pecel dan nasi serta lauk pauk yg lain untuk Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga kemudian bertanya "Hidangan apa ini?" Maka dijawab oleh Ki Gede Pamanahan, "Puniko ron ingkang dipun pecel," yang berarti "Ini adalah dedaunan yang direbus dan diperas airnya".
Biasanya sayuran dipecel berupa bayam, kangkung, ubi jalar, daun ketela, daun beluntas, daun pegagan, kecombrang, polong, kacang panjang, kecipir, kecambah.
Bahan pecel umumnya didapat di pekarangan, pinggir sawah, bahkan kadang tumbuh liar di tepi jalan. Sebagai penambah rasa ada sambel pecel yang disiram di atas aneka sayuran rebus tersebut.
Sambel pecel dari ulekan kacang tanah halus memiliki cita rasa manis, asam, pedas, dan gurih.
Berbeda dengan saus gado-gado dan karedok yang harus dibuat saat ingin disantap, sambel pecel terbilang lebih praktis. Dapat disimpan dan disantap di lain waktu.
"Sambel pecel ini berkembang di berbagai daerah. Ada yang bercita rasa daun jeruk purut, ada yang bercita rasa kencur, ada pula yang bercita rasa manis asam yang tinggi," kata Murdijati.
GridPop.ID (*)
Baca Juga: Lama Menunggu Pesanan, Dua Pembeli Keroyok Penjual Pecel Lele hingga Babak Belur
Source | : | Kompas.com,Tribun Travel |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar