1. Perasaan sakit hati mendalam
Rasa sakit yang dialami oleh korban bisa sangat membekas di hatinya. Bahkan dapat menimbulkan berbagai penyakit fisik.
Merasa sedih, marah, dan kecewa adalah hal yang wajar karena mereka adalah ungkapan sakit hati akibat diselingkuhi.
2. Mempertanyakan dan menyalahkan diri sendiri
Misalnya, mengapa perselingkuhan ini bisa terjadi? Apakah aku juga menjadi faktor dari perselingkuhan ini? Bagaimana jika ternyata perselingkuhan ini diakibatkan aku kurang cantik di mata pasanganku? Apakah aku kurang memberikan kasih sayang dan cinta untuknya? Dan seterusnya.
Setelah terus-terusan bertanya, kemudian korban akan lebih sering menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab retaknya hubungan.
Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti dengan baik, dikhawatirkan bisa menyebabkan korban menjadi kehilangan kepercayaan dirinya, merasa tidak punya harga diri, dan sulit terbuka dengan orang lain.
3. Trauma, depresi dan gangguan mental
Riset yang dipublikasi oleh Elsevier menunjukkan bahwa perselingkuhan dapat meningkatkan risiko mengalami kecemasan dan depresi akibat stres.
Selain itu, Dr. Dennis Ortman, psikolog asal Amerika Serikat, dalam PsychCentral menjelaskan bahwa seseorang yang menemukan bahwa pasangannya selingkuh bisa mengalami trauma.
Ortman kemudian menamakan trauma akibat perselingkuhan sebagai Post-Infidelity Stress Disorder.
Jika tidak segera ditangani, maka trauma dan depresi ini dapat berujung ke gangguan mental yang lebih serius.
Dalam episode kesepuluh siniar Momen Satu Kali, Daniel dan Shesa bercerita tentang drama perselingkuhan yang sedang ramai di jagad media sosial, yaitu "Layangan Putus".
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,GridHits.ID |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Veronica S |
Komentar