Namun hasilnya tetap sama, dokter mengatakan kalau Aidil menderita Leukemia.
"Setelah 3 hari, saya mendapatkan hasil cek darah dari Path Lab yang menyatakan bahwa anak saya menderita penyakit leukemia. Tapi saya masih tidak bisa menerima kenyataan.
Jadi saya bawa hasil cek darah anak saya ke dokter di rumah sakit swasta. Tapi dokter juga memvonis kalau anak saya mengidap leukemia," pilu Wati.
Mengetahui penyakit yang diidap sang anak, Wati pun hanya bisa menangis.
Ia tak sanggup menyampaikan kabar tersebut kepada Aidil.
Hingga akhirnya Wati menjemput Aidil dari asrama sekolah untuk pergi ke rumah sakit.
Wati meminta dokter sendiri yang menjelaskan soal penyakit tersebut ke pemuda berusia 17 tahun ini.
Kendati menderita leukemia, saat ini Aidil masih dalam perawatan tahap awal dengan mengonsumsi obat-obatan.
Aidil sendiri belum disarankan melakukan kemoterapi oleh dokter.
"Setelah anak saya divonis kanker, dia dirawat di Rumah Sakit Sultanah Nur Zahirah dekat Kuala Terengganu. 10 hari anak saya mengonsumsi obat untuk kemoterapi. Harga satu obat untuk 14 biji sekitar RM5166 (sekitar Rp 17 juta). Tapi obat tersebut masih gratis karena dari rumah sakit pemerintah dan anak saya masih berstatus murid," jelas Wati.
Yang membuat hati Wati semakin pilu yakni Aidil tak pernah mengeluh sakit meski kini ia harus menjalani perawatan khusus.
Source | : | Kompas.com,Tribunnewsmaker.com |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar