"Sebagian besar warga di sini adalah keturuan Kiai Wikono, ada juga yang tinggal di luar dusun, tapi kalau Nyadran kami semua berkumpul, berdoa bersama dan menggelar tradisi-tradisi. Warga yang ikut Nyadran bisa sampai 600-700-an orang," terang Kuwato yang merupakan keturuan ke-8 Kiai Wikono.
Kuwato menyebutkan, Dusun Sambo dihuni sekitar 100 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 289 jiwa.
Sebagian besar masyarakat adalah petani dan pedagang, hampir tidak ada warga yang berprofesi sebagai pegawai maupun aparat negara.
Walapun demikian, masyarakat sangat menjunjung nilai toleransi dan gemar bergotong-royong. Tingkat pendidikannya juga beragam dari SD hingga perguruan tinggi.
Sejak nama Sambo ramai dibicarakan karena kasus pembunuhan yang melibatkan anggota polisi Irjen Ferdy Sambo, dusun ini pun ikut menjadi bahan guyonan masyarakat, terutama dari luar daerah.
Mereka penasaran, bahkan ada yang tidak tahu jika ada Dusun Sambo di Kabupaten Magelang.
"Sering sekali ditanya sama warga dari luar (luar Dusun) "gimana, Sambo aman, Pak?" begitu," cerita Kuwato sembari tertawa.
"Ada juga yang bertanya apakah di Dusun Sambo ada warga bernama Ferdy. Saya bilang kalau di Dusun Sambo, Ferdy akan menjadi Pardi," ucap dia sembar tertawa.
Kuwato sendiri pertama kali mendengar nama Sambo di televisi karena kasus krinimal tersebut.
Awalnya dia juga penasaran asal muasal Ferdy Sambo bahkan sempat terbesit jika sang jenderal adalah keturunan Wira Sambo, leluhurnya.
"Di televisi ada Sambo itu, saya pribadi berpikir kenapa kok dusun saya, Dusun Sambo kok dibawa-bawa ke sana.
Setahu saya tulisan yang dieja Sambo itu juga hanya dusun saya. Saya juga bertanya-tanya apakah Ferdy itu asal usulnya dari Dusun Sambo," ungkap Kuwato.
Sejauh ini, Kuwato memastikan tidak ada kaitan Ferdy Sambo dengan nama Dusun Sambo.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar