Setelah gerhana, bulan membutuhkan penyembuhan. Maka suku Luiseno, misalnya, akan menyanyikan lagu-lagu penyembuhan saat bulan mulai meredup.
Suku di Afrika
Kisah yang lebih menggembirakan adalah legenda orang Batammaliba di Togo dan Benin di Afrika.
Secara tradisional, mereka memandang gerhana bulan sebagai konflik antara matahari dan bulan.
Masyarakat dipercaya memiliki kemampuan untuk “mendorong keduanya untuk berbaikan.” Oleh karena itu, periode ini harus digunakan masyarakat di bumi untuk menyelesaikan perseteruan lama antar-sesamanya.
Praktik ini masih ada hingga sekarang.
Bangsa Mesopotamia kuno
Di Mesopotamia kuno, gerhana bulan dianggap sebagai serangan langsung terhadap raja.
Mengingat kemampuan mereka untuk memprediksi gerhana dengan akurasinya, orang Mesopotamia kuno saat itu akan menempatkan raja palsu hingga periode Blood Moon berlalu.
Raja palsu ini merupakan orang yang dianggap dapat dikorbankan. Jadi sampai fenomena itu lewat, dia akan menyamar sebagai raja.
Sementara raja yang sebenarnya akan bersembunyi dan menunggu gerhana berlalu.
Dikisahkan bahwa Raja Palsu akan menghilang tanpa jejak, baru kemudian raja sebenarnya dipekerjakan kembali.
GridPop.ID (*)
Baca Juga: Dulu Terkenal, Artis Senior Ini Sekarang Jadi Sopir dan Jualan Nasi Keliling untuk Menyambung Hidup
Source | : | Tribunnews.com,Tribunbali.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar