Dirinya yang tergiur itu, lantas mengikuti arahan dari SAN demi mendapat keuntungan 10 persen tersebut.
SAN disebut mengiming-imingi korban melalui toko belanja yang diakuinya miliknya.
"Dia jualannya itu tokonya ada toko kerudung, terus toko casing handphone. Nah saya pernah semuanya beli. Bahkan paling gede saya beli handphone.
Semua korban juga sama gitu," tambahnya.
Persentase yang dijanjikan SAN, sampai beberapa kali tidak diterima CG.
Alhasil, dirinya yang menbayar menggunakan pinjaman online kini harus menaggung tagihan itu sendiri.
"Harus pakai aplikasi. Ga lewat modal pribadi kita. Sama kedua ada yang modal pribadi. Itu juga ada pinjol semua.
Misal, cair nih pinjaman kita. Langsung kita transfer semua ke SAN. Kita dapat 10 persen. Tapi, kita gadapat tuh seiring berjalannya waktu. Jadinya tunggakan dari pinjol masuk ke kita semua. Saya pakai ," ungkapnya.
Namun, jauh sebelum itu, CG sempat curiga terhadap yang ditawarkan oleh SAN.
"Saya sempet curiga juga. Tapi, saya pikir mungkin ini strategi digital marketingnya dia.
Karena kan dia bilangnga freelancer ATM. Mungkin buat buka rekening baru nawarinnya gitu. Tapi, ko ini malah nawarin online shop," tambahnya.
Meski begitu, saat ini, CG dan korban lainnya sudah mulai melengkapi berkas laporannya kepada Polresta Bogor Kota.
"Sekarang kan sudah kita lengkapi laporan ini. Awalnya kan kemarin IPB nyebar naik Instagram. Korban lainnya sudah dari 2019 ternyata. Korbannya saya termasuk 300 orang diluar IPB," tandasnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Tribunnews.com,Tribun Bogor |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar