Ini adalah pertama kalinya kematian melebihi jumlah kelahiran sejak Lompatan Jauh ke Depan, eksperimen ekonomi yang gagal oleh mantan diktator Mao Zedong yang berlangsung dari akhir 1950-an hingga awal 1960-an.
Reuters melaporkan China memiliki kebijakan satu anak antara tahun 1980 dan 2015.
Pejabat menaikkan batas menjadi tiga anak pada tahun 2021, tetapi pasangan masih enggan memiliki anak bahkan selama penguncian Covid-19.
Alasan pasangan muda banyak memilih childfree yakni, biaya pengasuhan anak tinggi, pendapatan rendah dan ketidaksetaraan gender.
Mengutip Tribun Batam, populasi penduduk di China merosot hingga 850 ribu jiwa.
Turunnya populasi penduduk di China ini diketahui terjadi setelah 60 tahun atau sejak tahun 1961.
Bahkan China disebut telah memasuki era pertumbuhan populasi negatif.
China dilaporkan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1,41175 miliar orang pada akhir tahun 2022.
Jumlah ini menurut kata Biro Statistik Nasional pada hari Selasa (17/1/2023) lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1,41260 miliar seperti dilansir Guardian dari Kompas.com.
Ini menunjukkan populasi China turun 850.000 yang menandai periode panjang penurunan populasi, meskipun ada upaya besar pemerintah untuk membalikkan tren tersebut.
Wakil Ketua Komite Urusan Pertanian dan Pedesaan Kongres Rakyat Nasional, Cai Fang menjelang rilis data mengatakan, populasi China telah mencapai puncak penurunan pendusuk pada tahun 2022, jauh lebih awal dari yang diperkirakan.
Selama beberapa tahun belakangan, Pemerintah China berupaya mendorong masyarakat agar memiliki lebih banyak anak dan mencegah krisis demografis yang membayangi yang disebabkan oleh populasi yang menua.
Kebijakan baru berupaya meringankan beban keuangan dan sosial dalam mengasuh anak, atau secara aktif memberikan insentif untuk memiliki anak melalui subsidi dan keringanan pajak.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Batam |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar