Sumarlan mengaku menggeluti usaha tersebut sejak 1987. Setiap Lebaran mulai ada permintaan produk. Biasanya, konsumen yang memesan bukan hanya dari Madiun Raya.
Kendati bentuknya kecil dan tidak macho, kue manco khas Madiun ini tetap layak diadu ketenarannya. Terbukti pesanan terus datang dari luar daerah. "Pemesanan banyak dari Ponorogo, Kota Madiun, Magetan, Pacitan. Tetapi pesanan luar Jawa via online. Kalau luar kota seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Mojokerto, dikirim via travel," ungkapnya.
Ternyata kue manco ini tidak kehilangan penggemarnya meski sekarang sudah banyak kue atau penganan baru yang tergolong lebih praktis dan modern. Pesanan kue manco tidak pernah berhenti baik di masa normal maupun di hari-hari besar seperti Lebaran.
"Kalau hari biasa pesanan mencapai 400 sampai 500 bungkus. Tetapi saat Lebaran bisa mengeluarkan 600 sampai 900 bungkus. Yang paling disukai masyarakat adalah kue manco rasa wijen," imbuhnya.
Patokan harga juga menjadi alasan kue ini tetap digemari. Bagaimana tidak, harga yang dipatok termasuk murah, untuk kue manco rasa wijen kemasan kecil hanya dijual Rp 6.000, kue manco Beras Rp 5.000, dan kue manco kacang Rp 8.000. Sedangkan kue manco kemasan besar hanya Rp 10.000.
Dengan harga yang tidak 'mengejar zaman' itu, produksi kue manco malah tetap eksis. Sumarlan tidak menjelaskan detail berapa omzetnya, tetapi ia hanya memberi 'clue' dari banyaknya jumlah pesanan dikalikan harga di atas itu.
"Kalau hari biasa, omzet dihitung 1.000 bungkus per hari. Sedangkan saat Lebaran bisa 3.000 bungkus sehari," pungkas Sumarlan.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di SURYA.co.id dengan judul 'Legitnya Kue Manco Madiun Bikin Mulut Terus Mengunyah, Camilan Lebaran Yang Tangguh Melawan Zaman'
Baca Juga: Sakit Hati Dituding Jual Diri karena Kue dari Tetangga, Wanita Ini Bungkam Suami dengan Cara Ini
Source | : | Surya.co.id |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar