GridPop.ID - Lagi-lagi viral di TikTok keluhan netizen terkait pemerintahan di daerahnya.
Jika sebelumnya Bima Yudho mengkritik pedas pemerintah Lampung, kini muncul TikToker asal Aceh menyampaikan aspirasi serupa.
Melansir Kompas.com, sebagaimana diketahui bahwa nama Bima Yudho viral beberapa waktu lalu usai memberikan kritik soal pemerintah Lampung.
Ya, Bima membuat konten dengan judul "Alasan Kenapa Lampung Gak Maju-maju".
Imbasnya, pemuda tersebut nyaris dibui.
Setelah kritikan Bima, kini TikToker serupa muncul.
Melansir Tribun Trends, TikToker Aceh ini mengkritik akses jalan yang rusak.
Tak hanya itu saja, wanita berhijab tersebut turut membongkar kebobrokan pemerintah Aceh hingga berani menyindir pejabat korupsi.
Diketahui pengunggah video tersebut adalah wanita bernama Rahma dengan akun TikTok @rahma_11.11.
Terdapat beberapa pernyataan yang diunggah dalam videonya.
Ia mengeluh kepada Pemerintah Aceh tentang infrastruktur yang terdapat di wilayah tersebut.
Baca Juga: Viral di TikTok Wanita Santap Siomay Isi Kulit Tikus, Nampak Jelas Bulu Halus yang Auto Bikin Mual
Selain itu, ia juga meng kritik Pemerintah Aceh karena banyak akses jalannya yang rusak.
Lalu, menurutnya juga hal itu terjadi karena banyaknya pejabat daerah di wilayah Aceh yang diduga korupsi.
" Aceh nggak maju-maju, gimana mau maju kalau pemerintahnya koruptor, apalagi pemerintah tingkat desa, belum lagi pemerintah tingkat kecamatan kabupaten hingga provinsi, jangan tanya sama kami mana bukti yang kami korupsi, karena kami nggak ngerekam saat kalian makan uang rakyat, cukup tunjukkan ke kami saja mana buktinya bahwa kalian mengelola dana otsus yang baik dan benar, hasilnya mana? bangun infrastruktur? infrastruktur yang mana? sifatnya ghoib? nggak bisa dilihat dan dirasakan? atau fokus mensejahterakan rakyat? rakyat yang mana? rakyat yang di rumah kalian?," jelasnya dalam unggahan videonya.
"Kalau kalian mengelola dana otsus dengan baik dan benar, nggak mungkin Aceh mendapatkan julukan Provinsi termiskin di Sumatera, nggak mungkin Aceh mendapatkan julukan mendapatkan ranking ke 13 Provinsi terkorup di Indonesia," katanya.
"Apalagi saya mendapatkan info bahwa tahun 2027 adalah tahun terakhir kita mendapatkan dana otsus sesuai dengan undang-undang 2006 nomor 11, 2028 kita nggak ada lagi dana otsus, bayangin pemerintah aja mendapatkan dana otsus aja tidak sanggup membuat Aceh tidak maju, apalagi kalo dana otsusnya sudah ditiadakan, apa kalian sudah menyiapkan alternatif cerdas dan waras lainnya untuk menghadapi undang-undang tersebut? jangan sampai gara-gara ketidakbecusan kalian masyarakat Aceh yang harus menanggung derita, atau mau mengamandemenkan undang-undang? kalian fikir untuk mengamandemenkan undang-undang itu butuh waktu yang singkat? terlambat, kemaren-kemaren kalian kemana aja? tidur? ngantuk?," paparnya.
"Kitambah lagi sebagian masyarakat aceh koar-koar ingin merdeka dari Indonesia, logika aja pemerintah Aceh mengurus desa saja tidak becus, apalagi mengurus Aceh sebagai negara," sambungnya.
"Kita bisa melihat pengalaman-pengalaman di masa lalu bahwa masyarakat Aceh rela saling membacok berantem dengan sesama partai demi kekuasaan, mungkin pejabat Aceh itu baal gagal jadi penzina tapi susah jadi koruptor, agama paham korupsi tetap jalan, bener?," katanya.
Lebih lanjut, ia meminta penegakan hukum di Aceh dapat diperkuat.
Bukan hanya tentang perzinahan saja, melainkan segala aspek hukum.
Dalam unggahannya, Rahma juga menyentil soal potensi anak muda di Aceh yang sulit berkembang.
"Di Aceh banyak sekali orang-orang yang berprestasi, hanya saja repotasi dan harga diri mereka ditutup sama pejabat dan elit politik yang hobi korupsi, mereka yang korupsi Aceh dan masyarakat Aceh yang dianggap remeh oleh orang luar, karena Aceh masih ketinggalan dan bertahan di dalam kemiskinan," katanya.
Baca Juga: Video Tutorial Masak Seblak Viral di TikTok, Rafael Tan: Apa Aku Jualan Ini ya?
"Di Aceh mengalami krisis peluang untuk berkreasi untuk menggapai mimpi dan krisis peluang pekerjaan, walaupun ada pekerjaan di Aceh gajinya di bawah rata-rata, kecuali gaji para penguasa dan gaji para pengusaha, sehingga generasi-generasi Aceh harus lari ke luar negeri untuk mencari rezeki," ujarnya.
"Elit politik Aceh sengaja membuat masyarakat Aceh bertahan di dalam kemiskinan, karena mereka tahu kalau masyarakat miskin bisa bahagia dengan bantuan 1 bungkus Indomie," katanya.
"Belum lagi jalan di Aceh yang hanya bagus di daerah kota dan tempat wisata saja, itupun untuk mempertahankan repotasi mereka sebagai pemerintahan, karena mereka tahu di tempat-tempat tersebut menjadi tempat lalu lalang orang luar, sehingga orang luar saat datang ke Aceh mereka menganggap jalan di Aceh sangat bagus-bagus dan mulus, karena mereka hanya melewati jalan di daerah kota atau jalan di wilayah wisata saja, sedangkan jalan jalan di daerah pelosok atau di daerah desa desa jalannya bisa kita jadikan sebagai tempat latihan bunuh diri," paparnya.
"Mereka sudah kesulitan keluar dari budaya korupsi, karena mereka sudah terlanjur terjerumus ke dalam lingkaran setan, sehingga mereka menganggap makan uang rakyat adalah hal yang biasa," sambungnya.
"Hukum Aceh jangan hanya diperketat untuk para penzinah, tapi tolong diperberat untuk para koruptor, kasian para pahlawan Aceh dulu yang sudah berjuang mati-matian untuk mensejahtrakan Aceh dan mengangkat reputasi Aceh di mata dunia, tapi kalian sekarang para elit politik sekarang malah menjatuhkan harga diri Aceh dengan kebiasaan korupsi kalian dengan kebiasaan dzolim kalian, seandainya buyut buyut pahlawan kita masih hidup di zaman sekarang, mungkin kalian semua sudah ditampar-tampar sampai kehilangan rahang, karena mereka para pemimpin yang tegas selalu menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan, sangat bebeda jauh dengan pemimpin yang sekarang," jelasnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Trends |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar