GridPop.ID - Viral di TikTok kisah seorang gadis muda 19 tahun yang dihamili pacarnya.
Gadis tersebut nyaris meregang nyawa karena kehamilannya yang terjadi di luar kandungan.
Kisah gadis tersebut diceritakan oleh dokter kandungan yang merawatnya, dr. Amira SpOG melalui akun TikToknya @doktermiraobgyn.
Melansir TribunnewsBogor.com, diungkapkan sang dokter menceritakan awalnya gadis 19 tahun tersebut disekolahkan orang tuanya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan tujuan belajar agama.
Hanya saja, di sana ia berkenalan dengan seorang pria yang akhirnya berpacaran.
Selama berpacaran, keduanya kerap melakukan hubungan layaknya suami istri, hingga kemudian ia hamil.
Mirisnya, kehamilan gadis tersebut justru terjadi di luar kandungan alias ektopik.
Mengutip Kompas.com, kehamilan ektopik terjadi saat sel telur yang dibuahi berkembang di luar rahim, biasanya di salah satu saluran tuba.
Saluran tuba adalah saluran yang menghubungkan ovarium ke rahim. Jika telur tersangkut di dalamnya, itu tidak akan berkembang menjadi bayi dan dapat mengancam kesehatan sang ibu.
Baca Juga: Rela Sikut-sikutan 'War' Tiket Coldplay, Pria Ini Berhasil Dapat hingga Jadikan Mahar Pernikahan
Sayangnya, kehamilan ektopik tidak bisa diselamatkan. Biasanya kehamilan ini harus dihilangkan menggunakan obat-obatan atau operasi.
Lanjut, dr Amira menjelaskan jika gadis tersebut dibawa ke rumah sakit tengah malam dalam kondisi yang kritis.
"Malam ini pukul 22.30 waktu Fakfak, kita ada empat operasi. Salah satunya yang mau kita kerjakan adalah seorang nona berusia 19 tahun dengan kehamilan ektopik terganggu," kata dr. Amira dilansir dari akun TikToknya.
Saat memeriksa, dr Amira melihat kandungan gadis tersebut berada di saluran tuba.
"Pecahlah kehamilannya itu, mengakibatkan perutnya isinya darah semua dan tentu mengancam nyawa ibu karena pasien datang dalam kondisi syok hipopolemik," tutur dia.
Selain datang dengan kondisi nyeri perut yang hebat, gadis muda itu juga mengalami penurunan kesadaran, tekanan darah di bawah 70/50, nadi di bawah 134, dan kemudian jhb-nya 6.
"Ini termasuk kegawatdaruratan obstetri. Yang kita perlu pelajari di sini adalah hati-hati, anak perempuan sekali lagi saya peringatkan, yang paling bisa kau percaya hanyalah orangtuamu, khususnya ibumu. Karena yang lain sudah pasti menyakitkan, seperti ini kan," tutur sang dokter.
dr. Amira lantas menjelaskan hal yang menjadi faktor resiko dari kehamilan ektopik terganggu atau kehamilan di luar kandungan.
"Pertama usia, bisa usianya terlalu muda atau di bawah 20 tahu, atau usianya waktu hamil terlalu tua di atas 35 tahun," tuturnya.
Kemudian faktor yang kedua yaitu infeksi radang panggul yang disebabkan oleh hubungan seksual.
"Kemudian juga pasien yang infertilitas, yaitu sudah menikah satu tahun lebih belum juga punya anak, dengan hubungan suami istri 2-3 kali seminggu rutin tapi enggak bisa punya anak, salah satunya itu," jelas dia.
Nah untuk kasus gadis muda ini, kata dia, kasusnya diawali dari hubungan seksual yang sering, dan akhirnya menyebabkan infeksi radang panggul yang tidak diatasi dengan baik.
"Akhirnya menjadi ke hamilan ektopik terganggu, dan ini amat sangat mengancam nyawa pasien," tegasnya.
Kemudian dr. Amira juga menjelaskan respon ibu dari gadis muda itu saat tahu anaknya hamil di luar nikah dan di luar kandungan.
"Ibunya jauh, kaget diberi tahu oleh orang yang merawat anak ini, kalau anak ini hamil di luar kandungan dan harus dioperasi segera malam ini juga. Jadi amat sangat menyedihkan," kata dia.
dr. Amira juga mengingatkan kepada para anak perempuan untuk menjaga kepercayaan orangtua.
"Orangtua sudah memberikan kepercayaan untuk sekolah di satu kota atau negara lain, jagalah kepercayaan ibu dan orangtuamu. Karena yang paling sakit hati, paling menderita jika ada yang menggores tubuhmu, apalagi sampai menodaimu dan membuatmu hamil seperti ini, apalagi ke hamilannya di luar kandungan dan mengancam nyawa, adalah ibumu. Hati-hati ridhonya ibu adalah ridhonya Allah," tandasnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,TribunnewsBogor.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar