GridPop.ID - Pilu nasib bocah berusia 2 tahun ini.
Masih balita, bocah berusia 2 tahun ini sudah dipenjara seumur hidup.
Pemicu dirinya dipenjara pun karena hal mengejutkan ini.
Bocah berusia 2 tahun ini berasal dari negara Korea Utara.
Dilansir dari laman tribunstyle.com, dilaporkan ada bocah berumur 2 tahun yang bakal 'dipenjara' seumur hidup karena orang tuanya mempunyai sebuah Alkitab di rumah.
Kisah itu diungkapkan oleh Laporan Kebebasan Beragama Internasional Departemen Luar Negeri AS.
Mereka mengklaim bahwa ada balita dan keluarganya sedang dikurung karena keyakinan agama mereka.
Ada lagi yang lebih parah, ternyata di sana ada regu eksekusi tembak mati kepada wanita dan cucunya pada tahun 2011 karena hal yang sama.
Belum lagi jika masuk ke perkemahan konsentrasi penyiksaan itu bisa di "siksa merpati", di mana mereka digantung dengan tangan terikat di belakang punggung, tidak dapat duduk atau berdiri selama berhari-hari.
Dilansir dari Metro pada Jumat (26/5/2023), seorang saksi bercerita kepada Deplu AS:
“Itu (siksa merpati) adalah siksaan yang paling menyakitkan Sangat menyakitkan, saya merasa lebih baik mati.”
Baca Juga: Hanya Gegara Masalah Sepele Ini Kim Jong Un Tak Segan-segan Eksekusi Rakyatnya, Caranya Keji Banget!
Beberapa disiksa dengan larangan tidur termasuk seorang wanita di sel isolasi diminta untuk habisi diri sendiri pada tahun 2020 karena penjaga penjara menolak untuk membiarkannya tidur.
Pilu beragama di negara Korea Utara
Sebanyak 70.000 orang Kristen di Korea Utara dipenjara karena iman mereka di bawah rezim Kim Jong-un.
Publikasi baru mengatakan beberapa orang Kristen Korea Utara menyembunyikan iman mereka dari anak-anak mereka.
Itu mengutip temuan sebuah LSM, Open Doors USA (ODUSA), yang mengatakan: “Seorang Kristen tidak pernah aman."
“Anak-anak didorong untuk memberi tahu guru mereka tentang tanda-tanda iman apa pun di rumah orang tua mereka.”
LSM lain, Korea Future, mengatakan anak-anak diajarkan di sekolah tentang "perbuatan jahat" misionaris Kristen.
Termasuk "pemerkosaan, penghisapan darah, pengambilan organ, pembunuhan, dan spionase" yang dilakukan orang Kristen di Korea Utara.
Laporan tersebut mengatakan:
“Seorang pembelot Korea Utara mengatakan kepada Korea Future bahwa pemerintah menerbitkan novel grafis di mana orang Kristen membujuk anak-anak ke gereja dan membawa mereka ke ruang bawah tanah untuk mengambil darah mereka.”
Sementara sebagian besar kasus penganiayaan agama yang didokumentasikan oleh Korea Future menargetkan mereka yang mempraktikkan perdukunan, orang Kristenlah yang biasanya menerima hukuman terberat.
Orang beragama di Korea Utara juga sering dianggap sebagai "kelas yang bermusuhan" dan "ancaman serius terhadap kesetiaan kepada negara", kata laporan itu.
Secara resmi, Korea Utara menjamin kebebasan beragama rakyatnya dalam konstitusinya dan rezim tersebut menyoroti gereja-gereja yang dibangunnya di Pyongyang sebagai bukti.
Tetapi publikasi mengatakan gereja-gereja ini hanya beroperasi sebagai "pajangan untuk orang asing".
Pengakuan saksi Amerika Serikat
Ray Cunningham, dari Illinois, AS, mengunjungi Gereja Protestan Chilgol di Pyongyang selama kebaktian.
Dia mengatakan kepada Pen News: “Saya datang bertanya-tanya seberapa nyata ini."
“Apakah pelayanannya teratur? Gereja tampak terawat tetapi apakah ini acara rutin? Dalam masyarakat Anda tidak melihat bukti aktivitas keagamaan – kecuali agama Buddha."
Belum lagi ada pengikut perdukunan di Korea Utara, hukuman berkisar dari enam bulan di kamp kerja paksa hingga tiga tahun atau lebih di fasilitas pendidikan ulang.
Orang Kristen, sementara itu, dapat dieksekusi, atau menghadapi apa pun dari 15 tahun hingga seumur hidup di kamp penjara, yang dikenakan hingga tiga generasi keluarga dekat dari orang yang dinyatakan bersalah.
Profil Pemimpin Dunia: Kim Jong Un, Presiden Korea Utara
Dilansir dari laman kompas.com, Kim Jong Un merupakan Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) yang menjabat sejak 17 Desember 2011.
Saat menjabat, Kim mendapat julukan sebagai "Penerus Agung" dari stasiun televisi negara.
Sebelum menjabat dan meneruskan kepemimpinan Korut--yang berasal dari kakek serta ayahandanya--Kim memang sudah digadang-gadang jadi pemimpin.
Kim diyakini lahir pada 8 Januari 1983 menurut penanggalan Korea, dan 1984 berdasarkan data dari AS.
Dia merupakan putra kedua dari pemimpin kedua Korut Kim Jong Il dan Ko Yong Hee, seorang penyanyi opera, serta cucu pendiri negeri komunis itu, Kim Il Sung.
Berdasarkan pemberitaan media Jepang, dia masuk ke sekolah dekat Bern, Swiss, dengan nama Chol Pak atau Pak Chol pada 1993 hingga 1998.
Setelah itu, Kim masuk sekolah negeri Liebefeld Steinhoelzli yang terletak di Koeniz dengan nama Pak Un antara 1998 hingga 2000.
Pejabat Koeniz mengonfirmasi memang ada seorang anak yang bersekolah di sana dan dia merupakan putra dari staf Kedutaan Besar Korut di Bern.
Selama bersekolah di Swiss, berbagai laporan menyatakan Kim merupakan siswa yang pemalu, canggung ketika bersama siswa putri.
Namun, dia merupakan anak yang cerdas dengan ambisi tinggi, dan sangat menyukai permainan basket.
Mantan teman sekelasnya menyebut Kim sangat menyukai legenda basket AS Michael Jordan.
Setelah itu dia kembali ke Pyongyang, dan berkuliah di Universitas Militer Kim Il Sung antara 2002 sampai 2007, dan lulus dengan dua gelar.
Sebagai pria yang mulai beranjak dewasa, Kim mulai sering menemani sang ayah Kim Jong Il ketika melaksanakan inespeksi militer.
Selain itu, dia juga mulai aktif terlibat di dua organisasi tertinggi Korut, yakni Partai Buruh Korea (KWP), serta Biro Politik Jenderal militer Korut.
Pada 2009, berkembang sebuah spekulasi bahwa Kim dipersiapkan untuk menjadi putra mahkota menggantikan Kim Jong Il memimpin Korut.
Sebelumnya, ada saudara tiri Kim, Kim Jong Nam, yang sempat difavoritkan menjadi penerus Kim Jong Il.
Namun, sang ayah dikabarkan kecewa padanya di tahun 2001.
Penyebabnya, Kim Jong Nam tertangkap basah berusaha menyusup ke Jepang menggunakan paspor palsu untuk pergi ke Tokyo Disneyland.
Selain itu, dilaporkan KIm Jong Il melihat putra keduanya mempunyai banyak kesamaan dengannya. Antara lain Kim tidak mau mengakui kekalahan.
15 Januari 2009, media Korsel Yonhap memberitakan Kim Jong Il telah mengangkat Kim sebagai suksesornya memimpin Korut.
Kim Jong Il juga telah meminta seluruh staf kedutaan besar untuk setiap kepada putranya. Persiapan baginya menjadi orang nomor satu di Korut dimulai ketika namanya menjadi kandidat anggota Dewan Rakyat Tertinggi.
Pada April 2009, dia mendapat posisi di Komisi Pertahanan Nasional (NDC) dan dua bulan kemudian dia menjadi Kepala Departemen Keamanan Negara.
Kemudian September 2010, Kim mendapat pangkat jenderal bintang empat meski dia sama sekali tak punya pengalaman di bidang militer.
Pada 17 Desember 2011 pukul 08.30 waktu setempat, Kim Jong Il meninggal saat bepergian menggunakan kereta ke luar Pyongyang dengan dugaan akibat serangan jantung.
Sejumlah analis memprediksi Kim Jong Un tidak akan segera diangkat sebagai pemimpin mengingat dia masih belum mempunyai pengalaman.
Banyak yang menyakini sang paman, Jang Song Thaek, yang bakal bertindak sebagai penerus sementara hingga Kim mempunyai cukup kecakapan.
Namun, Kim langsung diangkat sebagai Pemimpin Tertinggi Korut. Sebuah gelar tak resmi yang memberikannya kekuasaan di bidang pemerintahan dan militer.
Pada April 2012, statusnya dikukuhkan ketika dia mendapat berbagai posisi.
Antara lain, Sekretaris Pertama Partai Buruh. Kemudian Chairman Komisi Militer Pusat, dan Chairman NDC yang notabene adalah otoritas birokratik tertinggi di sana.
Awal-awal rezim Kim diidentikkan sebagai konsolidasi yang kejam dan percepatan program pengembangan senjata nuklir.
Pada Desember 2013, dia mengeksekusi Jang Song Thaek dengan mengatakan dia telah "menyingkirkan sampah dari Partai Buruh".
Padahal, Jang merupakan bagian dari lingkaran dalam Kim Jong Il, dan merupakan salah satu penasihat yang dipercaya olehnya. Dan kontroversi Kim Jong Un berlangsung hingga hari ini.
GridPop.ID (*)
Source | : | Tribunstyle,Kompas.com |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar