Tes ini penting, karena pada awal HIV/AIDS menyerang tidak ada gejala yang ditimbulkan.
"Di awal ketika masuk itu tidak ada gejala, terkadang benar-benar tidak ada gejala sama sekali, tergantung daya tahan tubuhnya," ujarnya.
"Baru sekitar 6 bulan, kita sebut itu sebagai fase jendela, mulailah yang namanya darah terdeteksi. Sebelum itu sama sekali belum terdeteksi," sebut dr Boyke.
Dr Boyke juga menegaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan tes atau pemeriksaan HIV/AIDS.
"Pemeriksaan HIV/AIDS sejak melakukan hubungan seks, biasanya dilakukan 3 bulan atau 6 bulan," kata dr Boyke.
"Jadi pemeriksaannya 6 bulan berulang-ulang, setiap 6 bulan minimal dilakukan pemeriksaan, sejak hubungan seks yang terakhir," lanjutnya.
Ketika seseorang berhubungan intim, maka 6 bulan setelahnya orang tersebut perlu melakukan pemeriksaan.
Jika sebelum 6 bulan sudah berhubungan intim lagi dengan orang yang berbeda, maka harus melakukan pemeriksaan untuk kedua kalinya setelah hubungan intim yang kedua.
"Tergantung dengan jumlah berhubungan seksnya, apalagi dengan berganti-ganti pasangan," ungkapnya.
"Setiap pasangan yang baru, harus melakukan checkup lagi, tapi jaraknya 3 sampai 6 bulan," kata dia.
dr Boyke mengaskan bahwa pentingnya melakukan pemeriksaan HIV/AIDS sebanyak melakukan hubungan intim, khususnya ketika adanya pergantian pasangan. GridPop.ID (*)
Source | : | intisari,Serambinews.com,Eva.vn |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar